KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA PRODUK PANGAN (BERAS, JAGUNG,
DAN KACANG TANAH)
Ulfi Laelatul Mahmudah
Progam
Studi Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas
Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura
Jl.
Telang, PO BOX 2, Kamal, Bangkalan
ABSTRAK
Uji kimia merupakan penentuan kandungan senyawa
kimia dalam bahan pangan pada reaksi kimia. Uji ini bertujuan untuk mengetahui
gizi yang terkandung dalam suatu bahan pangan. Analisis kimia terdapat dua
metode yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Proses pengeringan bertujuan
untuk menurunkan jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan pangan. Uji
benedict bertujuan untuk mengetahui
adanya gula pereduksi dalam suatu sampel. Hasil dari kadar air pada sampel
jagung basis basah 12.29% dan basis kering 14.024%, pada sampel beras basis
basah 12.45 dan basis kering 15.12%, dan pada sampel kacang tanah basis basah
7.21% dan basis kering 7.80%. Hasil untuk kadar abu beras 0.7%, jagung 9,69%,
dan kacang tanah 2.90%. Hasil analisis karbohidrat pada beras 4.377%, jagung
1.7%, dan kacang tanah 2.02%. Hasil analisis protein sampel beras 114.60295%,
sampel jagung -74.85525% dan sampel kacang tanah 272.25%. Hasil analisis lemak
dan minyak pada sampel beras 25.125% , sampel jagung 26.7725% dan sampel kacang
tanah 87.9%. Pada uji kimia dapat disimpulkan bahwa dari ketiga sampel tersebut
mempunyai kandungan gizi yang berbeda-beda.
Kata kunci:uji kimia,uji
bendict, analisis kualitatif dan kuantitatif.
Pendahuluan
Uji kimia merupakan penentuan
kandungan senyawa kimia dalam bahan pangan pada reaksi kimia. Analisis kimia
terdapat dua metode yaitu kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu senyawa atau unsur kimia baik
organik maupun anorganik. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk
mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu bahan (Afrianto 2008).
Beras merupakan makanan pokok bagi
masyarakat di Indonesia, namun meningkatnya kebutuhan komoditas beras tidak
diimbangi dengan produksi beras dalam negri, sehingga pemerintah terpaksa
melakukan impor beras untuk
memenuhi
kebutuhan masyarakat (Abyor 2017).
Jagung merupakan sumber
karbohidrat
dan sekaligus sumber protein, terutama bagi masyarakat yang bahan pokoknya
berbasis jagung. Jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah beras.
Kandungan protein jagung cukup tinggi yaitu 8-11%, namun kualitas protein
jagung pada umumnya jauh dibawah kualitas protein beras (Widowati 2012).
Kacang tanah merupakan tanaman
sejenis tanaman tropika yang tumbuh secara perdu, tanaman
polong-polongan
(legume) yang tumbuh di daerah tropic hingga subtropik. Tanaman ini sering
dimanfaatkan sebagai pakan ternak,
sedangkan
bijinya dimanfaatkan sumber pangan dan merupakan komoditas aneka tanah polong
kedua di Indonesia. Kacang tanah merupakan salah satu polong penghasil minyak
nabati dan memiliki nilai gizi yang baik maka hal ini dapat dijadikan sebagai alternatif
sumber energy nabati (Zulchi et al 2016).
Proses pengeringan pada pembuatan
tepung bertujuan untuk menurunkan jumlah air yang dikandung oleh bahan mentah.
Pengeringan pada suatu bahan makanan itu sangat penting karena dapat
memperpanjang umur simpan. Kadar air merupakan salah satu parameter yang cukup
penting pada produk tepung karena berkaitan dengan mutu. Semakin rendah kadar
airnya maka produk tersebut semakin baik mutunya karena dapat memperkecil media
untuk tumbuhnya mikroba yang dapat menurunkan mutu pada produk tepung.
Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap
tempat dari bahan tersebut dan uap air yang diambil berasal dari semua
permukaan bahan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah
luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan pada uap udara
dan waktu pengeringan (Indriyani et al 2013).)
Kadar air adalah jumlah air yang
terkandung dalam bahan. Air dalam bahan pangan merupakan komponen yang penting
karena dapat mempengaruhi stabilitas dan kualitas bahan makanan tersebut. Masa
simpan dapat diperpanjang dengan cara menghilangkan sebagian air dari produk
pangan tersebut. Perlakuan lama pada pengeringan meningkatkan kadar abu tepung.
Hal ini disebabkan karena semakin lama pengeringan terhadap bahan maka jumlah
air yang keluar atau yang menguap dari bahan yang dikeringkan akan semakin
besar. Suhu udara pada kadar abu akan mempengaruhi laju pengeringan air pada
mutu bahan. Semakin tinggi suhu udara dan semakin besar perbedaan suhu maka
laju pengeringan semakin cepat (Indriyani et al 2013).
Karbohidrat adalah komponen bahan
pangan yang tersusun oleh 3 unsur utama, yaitu karbon (C), hydrogen (H) dan
oksigen (O). Susunan atom-atom tersebut dan ikatannya membedakan karbohidrat satu
dan yang lainnya, sehingga ada karbohidrat yang masuk kelompok struktur
sederhana seperti monosakarida dan disakarida, dan struktur kompleks atau
poliskarida seperti pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa. Analisis
kualitatif karbohidrat umumnya didasarkan atas reaksi-reaksi warna yang
dipengaruhi oleh produk-produk hasil penguraian gula dalam asam-asam kuat dengan berbagai senyawa
organik (Kusbandari 2015).
Uji benedict bertujuan untuk
mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan sampel. Prinsip dari uji ini
adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang terkandung dalam
sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4 5H2O
dalam suasana alkalis menjadi Cu + yang mengendap menjadi Cu2O.
Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang
terdapat pada reagen Benendict. Pada uji benedict menghasilkan endapan merah
bata yang menandakan adanya gula pereduksi pada sampel. Endapan yang terbentuk
dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata tergantung pada konsentrasi gula reduksinya.
Semakin berwarna merah bata maka gula reduksinya semakin banyak (Kusbandari 2015).
Besar kecilnyar total kadar gula pereduksi sangat ditentukan
oleh besar kecilnya kadar gula pereduksi dalam bahan dan tingkat inversi selama
proses pemasakan. Besarnya total kadar gula pereduksi dipengaruhi oleh adanya
dekomposisi sukrosa oleh mikroba menjadi glukosa dan fruktosa pada nira.
Pengamatan total gula reduksi terhadap parameter kontrol juga menunjukkan nilai
total gula reduksi yang lebih besar dibandingkan dengan nilai setiap perlakuan.
Hal ini dikarenakan suhu yang digunakan pada parameter kontrol lebih besar,
sehingga laju inversi semakin tinggi dan total gula reduksi semakin tinggi.
Pengukuran pada total kadar gula dilakukan dengan alat refraktometer. Sampel
diteteskan pada prisma refraktometer. Hasil pengukuran dilihat dengan membaca
skala yang tertera pada refraktometer (Sukoyo et al 2014).
Protein merupakan polimer dari asam
amino. Asam amino membentuk polimer rantai lurus dengan ikatan peptide, sehingga
polimer ini disebut dengan peptid atau polipeptida. Kualitas protein ditentukan
oleh jumlah dan jenis asam aminonya (Devi 2010).
Lemak dan minyak adalah suatu
trigliserida. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak adalah pada temperatur
kamar lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair. Lemak tersusun oleh asam
lemak jenuh sedangkan minyak tersusun oleh asam lemak tak jenuh. Lemak dan
minyak merupakan bahan-bahan yang tidak bisa larut dalam air (Sahriawati dan
Ahmad 2016).
Ekstraksi menggunakan soxhlet dengan pelarut cair
merupakan salah satu metode yang paling baik digunakan dalam memisahkan senyawa
bioaktif dari alam. Cara ini memiliki beberapa kelebihan dibanding yang lain
antara lain sampel kontak dengan pelarut yang murni secara berulang, kemampuan
mengekstraksi sampel lebih tanpa tergantung jumlah pelarut yang banyak. Faktor
yang mempengaruhi proses ekstraksi yaitu perbedaan metode, pelarut, suhu, serta
waktu ekstraksi akan mempengaruhi terhadap
jumlah reflaksi serta kualitas ekstrak yang didapatkan. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk mengetahui konsentrasi lemak dan minyak pada suatu bahan pangan
(Ridwan 2014).
METODE
Waktu
dan Tempat
Percobaan pada uji kimia kali ini
dilakukan di Laboratorium Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo
Madura. Dilaksanakan pada tanggal 24 dan 31 Mei, pukul 13.00 sampai selesai..
Metode yang digunakan adalah uji kadar air, uji analisis total gula menggunakan
alat refraktometer, uji benedict, uji protein dan uji kadar lemak pada suatu
sampel.
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan pada uji analisis
kadar air yaitu oven, desikator berisi silica gel, cawan, penjepit cawan, dan
timbangan analitik. Bahan yang digunakan beras,jagung dan kacang tanah.
Alat yang digunakan pada uji
analisis kadar abu yaitu cawan porselen
tertutup, penjepit cawan, desikator, oven, tanur (furnace) dan timbangan
analitik. Bahan yang digunakan adalah beras, jagung dan kacang tanah.
Alat yang digunakan pada uji karbohidrat yaitu timbangan
analitik,mortar, gelas ukur, beaker glass, tabung reaksi, pipet tetes, hot
plate, vortex dan refraktometer. Bahan yang digunakan yaitu beras, jagung dan
kacang tanah.
Alat yang digunakan pada analisis
protein metode kjeldahl adalah satu set alat kjeldahl, alat distilasi, dan alat
titrasi. Bahan yang digunakan adalah kacang tanah, beras, jagung, aquades,
larutan metal merah, CuSO4, H2SO4, NaOH 0,1 N
dan larutan HCl.
Alat yang digunakan pada analisis
lemak dan minyak metode soxhlet adalah 1 set alat soxhlet beserta kondensor dan
labu, oven, desikator timbangan analitik, beaker glass, kertas saring dan
benang. Bahan yang digunakan adalah kacang tanah dan larutan eter.
Prosedur
Percobaan
Analisis
Kadar Air
Bersihkan cawan terlebih dahulu,
kemudian panaskan dalam oven selama 10 menit. Ambil cawan pada oven menggunakan
penjepit dan pindahkan pada desikator sampai dingin selama 5 menit. Timbang
cawan dan sampel sebanyak 2 gram secara terpisah dengan timbangan analitik. Masukkan sampel pada
cawan. Kemudian masukkan cawan yang berisi sampel pada oven selama 4 jam.
Setelah 4 jam pindahkan cawan yang berisi sampel ke dalam desikator sampai
dingin selama 15 menit. Kemudian timbang cawan yang berisi sampel setelah di
dinginkan. Hitung presentasi kadar air pada sampel.
Analisis
Kadar Abu
Timbang sampel terlebih dahulu
sebanyak 2 gram, kemudian timbang cawan porselen menggunakan timbangan
analitik. Oven cawan yang telah ditimbang selama 10 menit dengan suu 1050C.
Setelah 10 menit dinginkan cawan dalam desikator selama 5 menit, lalu masukkan
sampel pada cawan porselen. Cawan yang berisi sampel dibakar di dalam tanur
hingga tidak berasap dengan suhu 6000C selama 1 jam. Dinginkan
sampel dan cawan dalam desikator, kemudian timbang hasil berat akhir sampel dan
cawan.
Analisis
Kabohidrat
Timbang sampel terlebih dahulu
sebanyak 3 gram. Tuangkan sampel pada mortar dan tambahkan aquadest sebanyak 15
ml, kemudian haluskan dan aduk hingga homogen. Setelah homogen tuang pada
beaker glass. Tuangkan larutan sampel pada labu ukur sebanyak 5 ml kemudian
tuang pada tabung reaksi dua kali pengulangan. Siapkan alat refraktometer dan
kaliburasi lah dengan aquadest. Ambil larutan sampel menggunakan pipet tetes.
Teteskan pada refraktometer sebanyak dua tetes kemudian amatilah skala biasnya.
Ambil
reagent bendict menggunakan pipet tetes, letakkan pada tiap-tiap sampel
sebanyak 5 tetes. Homogeny larutan dengan alat vortex. Tutup larutan dengan
aluminium foil. Amatilah warna pada larutan sebelum pemanasan, kemudian
panaskan di atas hot plate hingga mendidih dan sampai larutan mengalami
perubahan warna. Amati warna setelah pemanasan.
Analisis
Protein
Analisis protein terdiri dari tiga
tahap, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Timbang sampel kacang tanah
terlebih dahulu seberat 1 gram 2 kali pengulangan, CuSO4 seberat 7,5
gram 3 kali pengulangan, NaOH seberat 50 gram 2 kali pengulangan. Siapkan 3
labu kjeldahl dan masukkan 1 gram sampel, 7,5 CuSO4 dan larutan H2SO4
sebanyak 15 ml pada labu yang pertama
dan kedua. Berilah label pada labu tersebut. Untuk labu yang ketiga tidak
diberi sampel kacang tanah karena sebagai blanko (kontrol). Ketiga labu
tersebut masukkan pada lemari asam selama kurang lebih 5 jam dengan suhu 4000C.
Setelah kurang lebih selama 5 jam, matikan
lemari asam dan dinginkan selama 1 jam. Pada tahap destilasi, masukkan
50 ml NaOH 0,1N dalam labu ukur. Kemudian tambahkan akuades sampai titik 100
ml. dua kali pengulangan menjadi 200 ml, yang dipakai hanya 150 ml, masukkan 50
ml per-labu. Masukkan larutan Hcl 50 ml 0,1 N dan tetesi metal merah pada
Erlenmeyer sebanyak lima kali tetes. Masukkan blanko pada alat destilasi ,
lakukan penyulingan hingga larutan erlenmeyer menjadi 100 ml. Lakukan hal yang
sama pada sampel 1 dan 2. Tahap titrasi NaOH 50 ml 0,1 N hingga terjadi
perubahan warna kemudian lihat volume NaOH yang terpakai pada proses titrasi.
Analisis
Lemak dan Minyak Metode Soxhlet
Timbang sampel sebanyak 2 gram dan cawan beserta
tali. Bungkus sampel dengan kertas
saring dan ikat dengan tali. Siapkan labu ukur dan tuangkan eter sebanyak 250
ml pada labu lemak. Siapkan satu set alat soxhlet. Masukkan sampel pada tabung
soxhlet. Oleskan vaselin pada ujung bawah tabung soxhlet dan ujung atasnya. Hal
ini bertujuan untuk merekatkan ujung bawah tabung dengan labu lemak dan ujung
atas tabung dengan kondensor. Setelah itu panaskan dengan hot plate pada suhu
minimum 80o selama 4 jam dan amatilah.
HASIL dan PEMBAHASAN
Hasil
Tabel
1. Data Hasil Uji Kimia
Sampel
|
Kadar Air
|
Kadar
Abu
|
Karbohidrat
|
Protein
|
Lemak dan
Minyak
|
|
Kering
|
Basah
|
|
Benedict
|
Total gula
|
|
|
|
Beras
|
15.12
|
12.45
|
0.7
|
Kuning gelap
|
4.34
|
114.60295
|
25.125
|
|
Jagung
|
16.53
|
12.29
|
9.69
|
Kuning
|
1.07
|
272.25
|
87.9
|
|
Kacang
tanah
|
7.80
|
7.21%
|
2.90
|
Coklat gelap
|
2.02
|
-74.85525
|
26.7725
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pembahasan
Kadar
Air
Hasil data uji kadar air pada bahan pangan
seperti pada beras mempunyai kisaran
angka yang besar yaitu antara 12.45% basis basah sampai 15.12% basis kering,
pada jagung berkisar 12.29% basis basah sampai 16.53% basis kering, dan pada
sampel kacang tanah yang paling rendah yaitu berkisar 7.21% basis basah sampai
7.80% basis kering. Semakin rendah kadar air pada produk maka semakin baik mutu
pada produk tersebut, karena dapat memperkecil media tumbuhnya bakteri pada bahan pangan tersebut.
Penyerapan air yang semakin cepat disebabkan karena faktor tingginya suhu pada
saat pengeringan pada oven. Antara kadar air basis kering maupun basah itu sama
saja hanya cara perhitungannya saja yang berbeda. Menurut Purnomo (1995) sifat
bahan pangan dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu daerah I yang mempunyai
nilai Aw di bawah 0.25 (kadar air rendah). Daerah II yang mempunyai nilai Aw
antara 0.25-0.75 (kadar air sedang). Daerah III yang mempunyai nilai Aw lebih
dari 0.75 (kadar air tinggi). Hasil penelitian Van Elbe (1997) yang menyatakan
bahwa untuk kadar air 2.4% mempunyai Aw sebesar 0.12, kadar air 4.0%
mempunyaiair 5.7% mempunyai nilai Aw sebesar 0.32. Aw 0.23 dan kadar Menurut SNI 01-4483-1998 kadar air pada
jagung berkisar maksimal 14.0% sedangkan
hasil yang didapat 12.29 %-16.53% maka dapat dikatakan bahwa nilai Aw pada
sampel jagung merupakan kadar air tinggi karena nilai Aw melebihi 0.75. Pada
kacang tanah menurut SNI (01-4228-1996) yaitu maksimal 12%. Hasil yang didapat
pada pengujian berkisar 7.21% sampai 7.80%. Hasil yang didapat tidak sebanding
dengan standart, dapat dikatakan bahwa kacang tanah merupakan kadar air sedang
karena nilai Aw nya berkisar antaar 0.25-0.75. Pada sampel beras hasil yang
didapat yaitu 12.45% sampaii !5.12%, dapat dikatakan bahwa beras termasuk kadar
air yang relatif tinggi karena Aw beras melebihi 0.75.
Kadar
Abu
Data yang didapat dari kadar abu
pada bahan pangan yaitu, pada beras berkisar 0.7%, jagung 9.69% dan pada kacang
tanah 2.90%. Dari ketiga sampel tersebut kadar abu beras merupakan yang paling
rendah, hal ini disebabkan kadar abu yang terdapat pada beras tidak terlalu
tinggi. Jika dibandingkan dengan SNI 01-4483-1998 kadar abu pada jagung yaitu
maksimal 2.0%, sedangkan hasil yang
didapat yaitu 9.69%, hal ini disebabkan karena kemungkinan ada kesalahan
praktikan pada saat melakukan praktikum. Faktor terjadinya kadar abu meningkat
karena perlakuan lama pada saat melakukan pengeringan, hal tersebut dapat
meningkatkan kadar abu pada suatu bahan pangan. Hasil yang didapat pada sampel
kacang tanah yaitu 2.90% . Menurut SNI (01-4228-1996)
pada kacang tanah yaitu 7%.
Hasil yang didapat pada uji benedict
dengan sampel beras sebelum pemanasan berwarna putih pekat setelah pemanasan
berubah warna menjadi coklat pekat. Sedangkan pada sampel beras mula-mula
berwarna hijau tosca sedangkan setelah pemanasan berubah warna menjadi kuning
pekat. Hal ini dapat dikatakan bahwa beras mengandung gula pereduksi yang cukup
tinggi, karena di tandai dengan perubahan warna menjadi kuning pekat. Pada uji
benedict, jika menghasilkan endapan merah bata yang menandakan adanya gula
pereduksi pada sampel tersebut. Endapan yang terbentuk dapat berwarna kuning,
hijau atau merah bata. Tergantung pada konsentrasi pada sampel. Semakin
berwarna merah bata maka kandungan gula pereduksi semakin banyak (Kusbandari
2015).
Pada
analisis total gula dengan menggunakan alat refraktometer. Sampel diteteskan
pada prisma refraktometer dan hasil pengukuran dilihat dengan membaca skala
yang tertera pada refraktometer (Agung et al 2014). Hasil yang didapat dari
sampel beras yaitu 4.337%, sampel jagung 1.7% dan pada sampel kacang tanah
2.02%. Dari ketiga sampel tersebut beras merupakan karbohidrat yang paling
tinggi. Berdasarkan kandungan karbohidrat beras yang sebenarnya memiliki
karbohidrat tertinggi yaitu 91.51%, pada jagung berkisar 73.7 gr dan kacang
tanah 1.7 gr. Besar kecilnya total gula pada suatu bahan dapat ditentukan oleh
besar kecilnya kadar gula pereduksi dalam bahan dan tingkat inverse pada saat
proses pemasakan.
Analisis
Protein
Hasil data yang didapat pada uji
protein menggunakan metode kjedahl untuk menganalisis kadar protein kasar pada
bahan pangan dengan cara menganalisis kadar nitrogennya. Rata-rata yang didapat
pada uji kjedahl sampel beras, jagung dan kacang tanah yaitu menunjukkan dari
ketiga sampel tersebut kadar protein tertinggi terdapat pada sampel beras
114.60295%, pada sampel jagung 272.25% dan hasil pada sampel kacang tanah
-74.85525%. Berdasarkan kandungan komposisi sebenarnya protein pada beras
7.35%, jagung 9.2% dan kacang tanah 25.35%. Pada sampel kacang tanah hasil data
yang diperoleh minus berbeda nyata dengan kandungan komposisi yang sebenarnya
dikarenakan praktikan pada saat proses titrasi kurang memperhatikan sehingga terjadinya proses
titrasi yang tidak akurat, bisa jadi berlebihan atau kekurangan NaOHyang berpengaruh
terhadap volume HCl sehingga berpengaruh pada hasil perhitungan kadar protein
kasar. Bisa jadi disebabkan karena pada saat memberi metil merah terjadi
kontaminas, sehingga hasil yang didapat minus. Jika dibandingkan dengan SNI (01-4483-1998)
kadar protein kasar pada jagung 7.5% dan kacang tanah 46% (01-4228-1996). Kadar
protein kacang tanah lebih unggul dibandingkan dengan kadar protein pada
jagung.
Lemak
dan Minyak
Analisis uji lemak dan minyak metode
soxhlet dengan pelarut cair yaitu eter merupakan salah satu metode yang baik
digunakan untuk memisahkan senyawa bioaktif dari alam. Metode ini memiliki
beberapa kelebihan antara lain (Luque et al.1998) pada sampel kontak dengan
pelarut yang murni secara berulang sehingga membantu pemindahan keseimbangan
konsentrasi komponen kimia dari simplisia ke dalam pelarut, suhu dalam sistem
soxhlet relative tinggi dibanding dengan panas yang diperlukan tabung
destilasi, ekstraksi dapat ditingkat dengan penyarian parallel, kemampuan
mengekstraksi sampel lebih tanpa tergantung pelarut yang banyak. Rata-rata
hasil data yang didapat pada kadar lemak dan minyak yang tertinggi pada sampel
jagung yaitu 87.9%, pada sampel kacang tanah 26.7725% dan yang paling kecil
terdapat pada beras 25.125%. Menurut SNI (01-4483-1998) kadar lemak pada jagung
3.0% dan pada kacang tanah 3.5% kadar lemak, SNI (01-4228-1996). Menurut SNI,
kadar lemak pada kacang tanah lebih unggul dari pada jagung dan beras.
Kandungan yang sebenarnya pada kacang tanah yaitu 49.24 gr, jagung 1.35 gr dan
pada beras 0.61%. Dari hasil yang didapat berbeda nyata dengan kandungan kadar
lemak yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yang
mempengaruhi proses estraksi soxhlet yaitu pelarut, suhu, serta waktu ekstraksi
yang akan mempengaruhi terhadap jumlah reflaksi serta kualitas ekstrak yang
didapat.
KESIMPULAN
Uji kimiawi dari berbagai bahan pangan
yang telah dianalisis seperti jagung,
beras dan kacang tanah memiliki kandungan gizi yang berbeda-beda. Kadar
karbohidrat yang paling tinggi terdapat
pada sampel beras yaitu 4.43%. Kadar protein yang paling tinggi terdapat pada
sampel jagung yaitu 272.25% dan kandungan kadar lemak dan minyak yang paling
tinggi terdapat juga pada sampel jagung yaitu 87.9%.
DAFTAR
PUSTAKA
Abyor,
N.H. 2017. Kajian
Karakteristik Beras Analog
Berbahan Dasar Tepung dan Pati Ubi Ungu (Ipomea batatas). Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan. 6(1):12-19.
Afrianto,
E. 2008. Pengawasan Mutu Bahan atau
Produk Pangan
Jilid 2. Jakarta:Departemen
Pendidikan Nasional (bse).
Devi,
N. 2010. Nutrition and Food Gizi untuk
Keluarga. Jakarta:PT Kompas Media Nusantara.
Indriyani, F. Nurhidajah. Agus, S. 2013. Karakteristik Fisik, Kimia dan
Sifat Organoleptik Tepung Beras Merah Berdasarkan Variasi Lama Pengeringan. Jurnal Pangan dan Gizi. 4(8)
Kusbandari, A. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung
dan Pati Umbi Ganyong. Jurnal
Pharmaciana. 5(1). 35-42.
Purnomo, H. 1995. Ativitas Air dan
Peranannya dalam Pengawetan Bahan Pangan. Jakarta:Universitas Indonesia.
Ridwan, I.R. 2014. Ekstraksi Androgafolid dari Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees Menggunakan Ekstraktor
Soxhlet. Jurnal Pharmaciana.
4(1):85-92.
Sahriawati dan Ahmad, D. 2016. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Ikan Metode
Soxhletasi dengan Variasai Jenis Pelarut dan Suhu Berbeda. Jurnal Galung Tropika. 5(3):164-170.
Sukoyo, A. Bambang, D.A. Rini, Y. 2014. Analisis Pengaruh Suhu
Pengolahan dan
Derajat Brix terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Gula Kelapa Cair
dengan Metode Pengolahan Vakum. Jurnal
Bioproses Komoditas Tropis. 2(2):170-178.
Widowati, S. 2012. Keunggulan Jagung QPM (Quality Protein Maize) dan
Potensi Pemanfaatannya dalam Meningkatkan Status Gizi. Jurnal Pangan. 21(2):171-184.
Zulchi, T. Hakim, K. Higa, A. Husni, P. Agus, M. Ana, N. 2016. Keragaman
Plasma Nutfah Kacang Tanah Berdasar Karakter Morfologi, Hasil dan Kadar Minyak.
Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia.
2(2):133-146.