LAPORAN PEMETAAN SOSIAL
Peran
Wisata Religi Pesarean Aer Mata Ibu dalam perkembangan Budaya serta Ekonomi
bagi Masyarakat Desa Buduran
Dosen
Pengampu :
Alfan
Biroli,S.pd.M.sos
Di
Susun Oleh :
Moh.
Hoirullah 160521100031
Ella
Widiyah 160521100032
Endang
Dwi P 160521100017
Risqi
Nur Alifa R 160521100018
Siti
Mutmainnah 160521100035
Syafitri 140521100066
Prodi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2017
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya
akan budaya, suku, ras, bahasa, dan lainnya. Itulah alasan mengapa indonesia
selain di sebut sebagai negara agraris tetapi juga di sebut negara
multikultural. Dengan keragaman yang di miliki membuat Indonesia menjadi negara
yang unik serta memiliki toleransi yang tinggi antara masing-masing golongan.
Rakyat indonesia senantiasa hidup berdampingan walaupun memiliki kebudayaan atau
kepercayaan yang berbeda antara saru dengan yang lainnya.
Selain kebudayaan, ras, bahasa dan
lainnya yang berbeda beda Indonesia juga memiliki objek-objek wisata yang
mengagumkan dari yang berbau alam sampai yang berbau kebudayaan seperti rumah
adat dan lain-lain. Setiap wilayah di Indonesi pasti memiliki
destinasi-destinasi yang memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap pengunjung
baik pengunjung lokal maupun mancanegara. bukan hanya memiliki daya tarik
terhadap wisatawan, tetapi juga memiliki
pengaruh yang siknifikan terhadap kehidupan masyarakat sekitar daerah yang
menjadi tempat destinasi wisata tersebut. Seperti sejarah dari suatu tempat
wisata di Indonesia pasti akan mempengaruhi bagaimana jalannya kehidupan
masyarakat di sekitar destinasi wisata tersebut. Biasanya hal yang paling di
pengaruhi adalah dari segi adat istiadat atau budaya masyarakat setempat tapi
tidak menutup kemungkinan terpengaruhnya hal-hal lain seperti ekonomi atau
pendidikan masyarakatnya.
Pulau Madura meupakan salah satu pulau
yang ada di Jawa Timur. Madura terkenal dengan masyarakatnya yang masih sangat agamis. Meskipun sudah
banyak sekali pengaruh modernisasi yang masuk ke Madura, akan tetapi
masyarakatnya tetap agamis dan tetap menjalankan warisan kebudayaannya. Selain
itu, di Madura banyak sekali destinasi-destinasi yang bisa menjadi tujuan untuk
wisata. Mulai dari keindahan alam bawah lautnya sampai wisata-wisata yang ada
di masing-masing kabupaten di Madura. Pulau-pulau yang menjadi bagian dari
Madura juga tidak kalah indahnya dari pulau-pulau di daerah lain hanya saja
masih banyak yang belum terekspos keindahan alamanya. Madura juga terkenal
dengan wisata religinya. Makam-makam yang dianggap
keramat bertebaran di berbagai pelosok pulau ini seperti makam Syaikhona
Kholil dan Pesarean Aer Mata atau Makam Ratu Ibu,
di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan. Legenda Makam Rato
Ebu, yang mata airnya dianggap keramat.
Pesarean Aer Mata Ibu
atau Makam Rato Ebu di Arosbaya tidak lepas dari kisah sejarah dari pulau Madura
itu sendiri. Ratu Ibu sendiri, adalah Syarifah Ambami, istri Raden
Praseno, penguasa. Madura yang bergelar Cakraningrat I. Dari perkawinannya kali
ini dia mempunyai tiga orang anak, yaitu RA Atmojonegoro, Ri Undagan dan Ratu
Mertoparti. Alkisah, walaupun Panembahan Cakraningrat I ini memerintah di
Madura, tetapi beliau banyak menghabiskan waktunya di Mataram, membantu Sultan
Agung. Melihat keadaan yang demikian, Syarifah Ambami merasa sangat sedih.
Siang malam beliau menangis meratapi dirinya. Akhirnya beliau bertekad untuk
menjalankan pertapaan. Kemudian bertapalah Syarifah, disebuah bukit yang
terletak di daerah Buduran Arosbaya. Dalam tapanya, beliau memohon dan berdoa,
semoga keturunannya kelak sampai pada tujuh turunan, dapat ditakdirkan untuk menjadi
penguasa pemerintahan di Madura.
Dikisahkan pula bahwa dalam pertapaannya itu, secara
rohaniah beliau bertemu Nabi Khidir AS. dari pertemuann itu pulalah beliau
memperoleh kabar bahwa permohonannya dikabulkan. Betapa senangnya hati beliau,
akhirnya beliau bergegas pulang kembali ke Sampang. Selang beberapa lama
kemudian, Panembahan Cakraningrat I datang dari Mataram. Diceritakanlah semua
pengalaman semenjak suaminya berada di Mataram, bahwa beliau menjalankan
pertapaan, dan diceritakan pula hasil pertapaaannya kepada Panembahan
Cakraningrat I. Setelah selesai mendengarkan cerita istrinya itu. Panembahan
Cakraningrat I, bukanlah merasa senang, akan tetapi beliau merasa sedih dan
kecewa terhadap istrinya, mengapa beliau hanya berdoa dan memohon hanya tujuh
turunan saja. Melihat kekecewaan yang terjadi pada diri Panembahan Cakraningrat
I ini, beliau merasa berdosa dan bersalah terhadap suaminya. Setelah Panembahan
Cakraningrat I kembali ke Mataram, beliau pergi bertapa lagi ketempat
pertapaannya yang dulu. Beliau memohon agar semua kesalahan dan dosa terhadap
suaminya diampuni. Dengan perasaan sedih, beliau terus menjalani pertapaannya.
Beliau selalu menangis, menangis dan terus menangis, sehingga air matanya
mengalir membanjiri sekeliling tempat pertapaarmya, membentuk sendang.
Sumber mata air dari tangisan Ratu ibu yang keramat
itu di percaya oleh masyarakat sekitar mampu menyembuhkan berbagai jenis
penyakit. Sehingga banyak sekali orang – orang yang datang untuk pergi
berziarah dan mengambil air dari sumber air mata ibu. Sumber mata air Ratu Ibu
itu tidak pernah kering dari dulu hingga sekarang.
Dari ulasan di atas, kami akan melakukan
pemetaan sosial pada masyarakat di daerah sekitar Pesarean Aer Mata ibu atau
Makan Rato Ebu dengan judul “Peran Wisata Religi Pesarean Aer Mata Ibu dalam
perkembangan Sosial Budaya serta Ekonomi bagi Masyarakat Desa Buduran”.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
peran wisata religi “Pesarean Aer Mata Ibu” dalam perkembangan kebudayaan bagi masyarakat sekitar ?
2. Dengan
adanya “Pesarean Aer Mata Ibu” bagaimana perkembangan sosial dan ekonomi untuk
masyarakat sekitar?
1.3.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat
teoritis
Dari
hasil penelitian yang akan di lakukan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
penelitian lmiah, studi empiris bagi kajian sosiologi, serta diharapkan dapat
menjelaskan realita yang ada dengan teori-teori yang relevan, yang dapat
merefleksikan sebuah realita yang berkaitan dengan perkembangan sosial budaya
masyarakat yang tinggal di daerah Pesarean Aer Mata Ibu. Serta dapat dijadikan
untuk pertimbangan penelitian berikutnya.
2. Manfaat
praktis
a. Bagi
peneliti, laporan penelitian ini sebagai bukti bahwa peneliti telah membuktikan
bagaimana kegiatan merayakan bulan puasa masyarakan kecamatan Krucil ini bisa
meningkatkan solidaritas masyarakatnya, serta sebagai sarana untuk menunjukkan
hasil penelitiannya untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pemetaan Sosial”
b. Bagi
pembaca, laporan ini sebagai sarana menambah wawasan serta pengetahuan mengenai
Pesarean Aer Mata Ibu. Laporan ini dapat menjadi pedoman dalam pembaharuan
penulisan laporan tentang pemetaan masyarakat di sekitar Pesarean Aer Mata Ibu
. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan wawasan tentang peran Pesarean Aer
Mata Ibu bagi masyarakat sekitarnya.
2.1.
Tinjauan Pustaka
Menurut Abu Ahmadi (1982)
peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus
bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi
sosialnya.
Pengertian peran menurut
Soerjono Soekanto (2002:243), yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan
(status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Dari hal diatas lebih lanjut
kita lihat pendapat lain tentang peran yang telah ditetapkan sebelumnya disebut
sebagai peranan normatif. Sebagai peran normatif dalam hubungannya dengan tugas
dan kewajiban dinas perhubungan dalam penegakan hukum mempunyai arti penegakan
hukum secara total enforcement, yaitu penegakan hukum secara penuh,
(Soerjono Soekanto 1987: 220).
Sedangkan peran ideal, dapat
diterjemahkan sebagai peran yang diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan
tersebut. Misalnya dinas perhubungan sebagai suatu organisasi formal tertentu
diharapkan berfungsi dalam penegakan hukum dapat bertindak sebagai pengayom
bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan ketertiban, keamanan yang mempunyai
tujuan akhir kesejahteraan masyarakat, artinya peranan yang nyata, (Soerjono
Soekamto).
Kebudayaan
adalah suatu komponen penting dalam masyarakat khususnya struktur sosial.secara
sederhana kebudayaan dapat di artikan sebagai suatu cara hidup atau pandangan
hidup. Pandangan hidup ini meliputi cara berfikir, cara berencana, dan
bertindak, di samping karya nyata yang terlihat berguna, benar, dan di patuhi
masyarakat atas keputusan bersama(dalam abdulsyani.1992). menurut Soelo
Soemardjan dan Soelaiman (dalam abdulsyani,1992)merumuskan kebudayaan sebagai
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan
teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan material yang diperlukan
oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya
dapat diabdikan pada keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan
segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur
masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Sedangkan cipta merupakan
kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang hidup dalam
masyarakat yang kemudian menghasilkan ilmu pengetahuan. Dari segi material
mengandung karya, yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan benda-benda atau
hasil perbuatan manusia yang berwujud materi. Sedangkan dari segi spiritual
mengandung cipta yang mengahasilkan ilmu pengetahuan, karena menghasilkan
kaidah kepercayaan, kesusilaan, kesopanan, hukum dan selanjutnya rasa
menghasilkan keindahan. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Supartono, 1996)
kebudayaan berarti buah budi hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh
kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti
kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di
dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Kebudayaan
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam
kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan
alam, maupun yang bersumber dari persaingan manusia itu sendiri untuk
mempertahankan kehidupannya. Manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan
baik dibidang materil maupun spiritual. Kebutuhan-kebutuhan tersebut untuk
sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber dari masyarakat itu
sendiri. Hasil karya masyarakat menghasikan teknologi atau kebudayaan kebendaan
yang mempunyai kegunaan utama melindungi masyarakat terhadap lingkungan. Pada
masyarakat yang taraf kebudayaannya lebih tinggi, teknologi memungkinkan untuk
pemanfaatan hasil alam bahkan mungkin untuk menguasai alam. Disisi lain karsa
masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu untuk
mengadakan tata tertib dalam pergaulan masyarakatnya. Kebudayaan berguna bagi
manusia untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar manusia,
dan sebagai wadah dari segenap perasaan manusia. Kebudayaan akan mendasari,
mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup untuk dapat
bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat kepada taraf hidup tertentu
yaitu hidup yang lebih baik, manusiawi, dan berperi-kemanusiaan.
Menurut C. Kluckhohn (dalam Elly, 2008)
ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu:
a.
Sistem religi dan upacara keagamaan
Merupakan
produk dari manusia sebagai homo religius. Manusia memiliki kecerdasan
pikiran dan perasaan leluhur, tanggap bahwa diatas kekuatan dirinya terdapat
kekuatan lain yang Mahabesar. Oleh karena itu, manusia takut dan lahirlah
kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk kekuatan besar tersebut
agar mau menuruti kemauan manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan dalam sistem
religi dan upacara keagamaan.
b.
Sistem organisasi kemasyarakatan
Merupakan
produk dari manusia sebagai homo socius elalui akal manusia membentuk
kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu menciptakan kesejahteraan
hidupnya.
c.
Sistem pengetahuan
Merupakan produk dari manusia
sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri
dan juga pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah
diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa
menyebabkan pengetahuan ini menyebar luas.
d.
Sistem mata pencaharian
Merupakan
produk dari manusia sebagai homo economicus. Dalam tingkat sebagai food
gathering, kehidupan manusia memang sama dengan binatang. Namun dalam
tingkat food producing terjadi kemajuan yang pesat. Setelah bercocok
tanam, kemudian berternak, lalu mengusahakan kerajinan, berdagang, manusia
makin dapat mencukupi kebutuhannya yang terus meningkat (rising demands) yang
kadang cenderung serakah.
e.
Sistem teknologi dan peralatan
Merupakan
produk dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikiran yang
cerdas dan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat
menciptakan dan mempergunakan alat untuk mencukupi kebutuhannya.
f.
Bahasa
Merupakan
produk dari manusia sebagai homo languens. Bahasa mulanya diwujudkan
dalam bentuk kode lalu disempurnakan dalam bentuk lisan. Bahasa yang telah maju
memiliki banyak kosakata sehingga makin komunikatif.
g.
Kesenian
Merupakan
produk dari manusia sebagai homo esteticus. Manusia mencari pemuas untuk
kebutuhan psikisnya.semua itu dipenuhi melalui kesenian.
Koentjaraningrat
(dalam Elly, 2008) mengemukakan bahwa kebudayaan digolongkan dalam tiga wujud,
yaitu:
a. Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
b.
Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
c.
Sebagai benda-benda hasil karya manusia
Ekonomi adalah aktivitas manusia yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan
jasa. Ekonomi juga menerangkan cara-cara menghasilkan, mengedarkan, membagi
serta memakai barang dan jasa dalam masyarakat sehingga kebutuhan materi
masyarakat dapat terpenuhi sebaik-baiknya. Kegiatan ekonomi dalam masyarakat
adalah mengatur urusan harta kekayaan baik yang menyangkut kepemilikkan,
pengembangan maupun distribusi. Selain itu ekonomi dalam masyarakat juga
menyangkut bagaimana cara memperolehnya serta usaha –usaha yang di lakukan agar
yang di peroleh bisa maksimal dan mencukupi kebutuah masyarakat sehari-hari.
1.
Peran
merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan. Peran juga bisa di artikan sebagai bentuk dampak
dari sebuah objek yang bisa mempengaruhi hal-hal yang ada di sekitarnya.
2.
Wisata Religi
Wisata religi adalah tempat yang biasa di
kunjungi oleh masyarakat yang bersifat ke agamaan. Biasanya pengunjung yang
datang untuk berziaroh selain itu juga untyk mengenang mereka yang berjasa baik
terhadap negara, perkembangan agama maupun wilayah suatu daerah.
3.
Perkembangan
Budaya
Perkembangan budaya adalah proses
bagaimana kebudayaan dari suatu wilayah berjalan atau berkembang sesuai dengan
sejarah maupun hal-hal yang dapat mempengaruhi jalannya kebudayaan dalam satu
daerah.
4.
Perkembangan
ekonomi
Perkembangan ekonomi adalah bagaimana
keadaan perekonomian masyarakat di dalam suatu daerah .
Kompleks
pemakaman Aer Mata atau makam Ratu Ibu
sudah ada di desa Buduran, Arosbaya sejak ratusan tahun silam. Aer Mata tak
hanya populer karena keunikan seni arsitekturnya, tetapi juga karena kadar
kekeramatannya. Banyak yang percaya bahwa air yang ada di komplek pemakaman air
mata ibu tersebut mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
Kompleks
makam Aer Mata berbentuk teras berundak, berjumlah tiga teras dan terasnya
berupa susunan teras halaman. Pintu masuk makam berupa “seperti gapura”. Hiasan pintu masuk ini merupakan suatu
gunungan yang menyambung dengan tangga-tangga menuju makam. Kompleks makam ini
terbagi menjadi tiga teras. Teras utama berbentuk persegi panjang. Pada teras
ini terdapat beberapa makam penduduk. Selain itu terdapat tugu peringatan yang
menceritakan peresmian pembangunan makam. Selain itu terdapat pula ruangan yang
menyimpan beberapa koleksi. Di dalam ruangan ini ditemukan beberapa koleksi
peninggalan. Koleksi peninggalannya
berupa:
o Lambang kerajaan
Lambang
kerajaan Bangkalan yang terinspirasi dari lambang kerajaan Majapahit.
o
Gunungan dan beberapa artefak kuno
Gunungan
merupakan warisan kebudayaan Hindhu yang di Islamkan. Hal tersebut tampak dari
hiasan atau ukiran pada gunungan tersebut.
Ukiran tersebut berupa awan dan tumbuh-tumbuhan.
o Plakat Ibu Ratu Syarifah Ambami sebagi Ratu
Ibu.
Di
dalam plakat ini tertulis Kandjeung Ratoe Iboe, Syarifah Ambami. Dari plakat
inilah, makam ini dinamakan makam Ratoe Iboe.
o Beberapa koleksi foto pemugaran makam
Banyak
foto-foto yang menggambarkan pemugaran makam, terutama pemasangan cungkup pada
kompleks makam.
Menuju
ke halaman teras dua, teras halaman kedua ini pun berbentuk persegi empat yang
dibatasi oleh talud-talud. Untuk memasuki ada jalan khusus yang berbentuk
seperti candi gapura. Di kompleks kedua
ini terdapat beberapa bangunan dan akses masuk ke sumber mata air Ratoe Iboe.
Bangunan yang terdapat pada halaman teras kedua ini adalah tempat kediaman
kekuncen. Dan kompleks makam raja dan bangsawan, hanya saja siapa beliau tidak
kami tanyakan. Ada beberapa nama yang
tertera pada plat logam yaitu Mas Ajio Amina, dan Kolonel Pangeran
Soeryodiningrat.
Di
kompleks makam tersebut ada beberapa hal menarik yaitu batu nisan yang beragam
bentuk dan hiasan. Pada umumnya hiasan
pada batu nisan adalah lambang kerajaan Bangkalan dan ukiran atau kaligrafi
huruf Arab Berlafadz “Laailla Ha Illallah Muhammadur Rosulullah”
Komplek
halaman teras makam yang ketiga merupakan komplek bangunan yang utama dan
sakral. Hal tersebut mirip dengan kosmologi Hindhu yang menempatkan bangunan
tersuci di bagian belakang. Pada halaman teras inipun dibagi lagi menjadi 3
cungkup. Cungkup yang pertama merupakan makam dari raja dan saudagar-saudagar
kaya. Cungkup kedua merupakan makam umum dan ada komplek makam dengan gunungan
yang berukir. Gunungan tersebut sambung menyambung dengan yang lainnya
sehinngga membentuk sebuah tabir yang menyembunyikan kompleks makam di
belakangnya.
Kompleks
makam paling belakang adalah kompleks makam Ibu Syarifah Ambami. Kompleks makam
tersebut selalu ramai dikunjungi para peziarah. Bangunan kompleks pemakaman di
Aer Mata Ibu, Arosbaya, Bangkalan, Madura
ini menunjukkan sisi akulturasi budaya. Tradisi arsitektur budaya yang
ditampilkan adalah motif transisi peralihan dari budaya Pra-Islam ke Islam atau
dengan kata lain tradisi arsitektur pada masa Hindu Buddha yang masih
diteruskan pada masa Islam. Menarik, perlu untuk diketahui bahwa kompleks makam
Aer Mata Ibu ini dibangun di atas lahan bukit buatan.
Kompleks
kuburan kuno itu terhampar kokoh di puncak bukit kecil berketinggian sekitar 30
meter di atas permukaan laut (mdpl). Karena itu untuk mencapai makam itu
terlebih dulu harus menaiki puluhan anak tangga agar sampai di Pasarean
Aermata. Sampai di atas kompleks makam, kita akan menjumpai pagar batu andelis warna
putih yang mengitari makam, batu-batu itu disusun rapi, tanpa menggunakan
perekat semen bak bangunan candi-candi tua di Pulau Jawa. Ada enam cungkup
ukuran besar, sedang, dan kecil berdiri tegar di bagian tengahnya.
Kompleks
makam ini dilingkari pagar dan strukturnya berundak-undak tidak terdapat pohon
kamboja yang biasanya menjadi ciri khas pohon kuburan tetapi hanya terdapat
kembang puring. Struktur kompleks makam dibagi menjadi tiga area yaitu area
jeroan, tengah dan jaba yang setiap area ini menempati satu undakan.
Latar
kuburan atau yang menjadi sekat antara area jaba, tengah dan jeroan itu
dipisahkan dengan bangunan yang berbentuk gunungan, berhias ornamen awan-awan
bersama bunga lotus (teratai). Penggambaran gunungan tidak seperti gunungan
yang masterpiece dari Hindu yang memuat mahkluk-mahkluk bernyawa seperti burung
macan dan lain-lain, tetapi penggambaran itu dikiaskan dengan motif rambatan
tumbuhan yang memang apabila dilihat dengan cara seksama masih membentuk
mahkluk-mahkluk bernyawa karena ini untuk mengakali aturan Islam yang tidak boleh menggambarkan mahkluk bernyawa.
Kompleks
bangunan makam Aer Mata Ibu dengan kata lain adalah hasil dari cipta karsa
local genius masyarakat yang mengakulturasikan antara nilai-nilai estetika
Hindu dengan Islam. Mereka menerima Islam tapi tidak serta merta menerima
begitu saja menelan mentah-mentah ajaran Islam tapi mengupayakan dengan
mensinergikan dengan kebudayaan yang sudah ada, dalam hal ini adalah Hindu.
Selain
terdapat makam para raja Madura. Daya tarik lainnya ada pada motif dan ukiran
unik yang ada di perabotan makam. Yaitu susunan batu andesit pada pintu gerbang
kedua, cungkup peringgitan tempat menerima tamu peziarah, cungkup tempat
penyimpanan senjata dan sisa perabotan peninggalan kerajaan, cungkup para juru
kunci, serta tiga cungkup utama tempat bersemayamnya jasad para raja. Demikian
pula aksesori hiasan memolo dan kemuncak yang bertebaran di puncak atap
masing-masing cungkup. Keelokan dan kekhasan gaya arsitektur pasarean Aer Mata
mulai terasa saat memasuki pintu gerbang pasarean yang menanjak. Rantai tangga
dan pagar panjang di kanan kiri makam terbuat dari batu andelis (“ulet” orang
Madura menyebutnya) tanpa perekat semen.
Puncak
keelokan estetika Pasarean Aer Mata terletak pada tiga cungkup utama, yakni
cungkup makam Ratu Syarifah Ambami (1546 - 1569), dan cungkup panembahan
Cakraningrat II dan V serta panembahan Cakraningrat VI dan VII. Latar belakang
tiap cungkup utama yang berukuran 40 X 20 meter dihiasi 7 tahta berbentuk daun
waru yang dipenuhi ukiran antik nan unik yang terbuat dari batu pualam jenis
marmer. Seluruh pusara Ratu Syarifah Ambami dan panembahan Cakraningrat II, V,
VI, VII serta beberapa saudagar dan bangsawan keturunan raja seluruhnya
bertahta ukiran antik nan menawan dari batu marmer yang disusun tanpa
menggunakan perekat semen
Rumit
memang, pemahaman kita terhadap konfigurasi seni ukir yang ada di kompleks
makam. Apalagi di balik konfigurasi seni ukir itu tersimpan simbol misteri yang
melambangkan kerukunan antar umat dari tiga agama yang berkembang pada saat
itu, yakni Islam, Buddha, dan Hindu. Jika peziarah teliti, simbol kerukunan
itu, meski samar, nampak terlihat transparan, sebab di antara hamparan ragam
bentuk seni ukir itu, tersisip ukiran bunga teratai yang menyimbolkan ajaran
Budha, miniatur Ganesha sebagai simbol Hindu, serta ukiran kaligrafi sebagai
simbol Islam. Ketiganya saling bertaut menggambarkan sebuah cerita kerukunan
antar umat di Madura pada dulu kala.
Karena
itulah sejak masa pemerintahan Panembahan Cakraningrat I pada lima abad yang
silam, ajaran tentang pentingnya kerukunan antar umat beragama sangat
ditekankan. Khususnya di daerah Bangkalan, Madura. Sayangnya, ajaran kebaikan
tentang keagamaan dan falsafah yang ada di balik keunikan dan kemisterian Pesarean
Aer Mata tak banyak orang tahu.
Dalam
agama Islam ada larangan untuk melukiskan sesuatu mahkluk hidup, apalagi
manusia. Di Nusantara ada kalanya bahwa kesenian itu tetap dipertahankan,
menghasilkan sesuatu patung tetapi patung ini sudah demikian disamarnya dengan
keterampilan seni ukir sehingga tidak lagi menggambarkan mahkluk hidup. Untuk
seni hias ini orang tidak ragu-ragu mengambil pola-pola dari jaman purba yang
terutama sekali terdiri atas pola-pola: daun-daunan, bunga-bungaan, bukit-bukit
karang, pemandangan dan garis-garis geometri. Dari makam yang dihias tidak
hanya nisan-nisanya tapi juga cungkup, tiang-tiang cungkupnya dan apa saja
lainnya yang dapat dan pantas dihias. Di kompleks pemakaman Aer Mata Ibu tembok
pada sisi utara disebut gunungan dan diukir dengan pahatan-pahatan yang halus
sekali. Pada makam-makam yang berkelompok dan tersusun berjajar maka gunungan
itu bersambung menjadi satu, bagaikan tabir berukir.
Dari
penuturan juru kunci, semua ukiran dan hiasan berasal dari Mojokerta / Trowulan.
Namun ada beberapa warga yang mengatakan bahwa ukiran tersebut dibuat oleh
seorang ahli ukir dari Jepara. Warga tersebut juga berkeyakinan bahwa ahli ukir
tersebut juga dimakamkan di kompleks Aer Mata. Dari penuturan diatas setidaknya
ada dua macam corak seni ukir dan hias yang ada di makam Aer Mata. Hasil temuan
di lapanganpun mengindikasikan adanya penagruh kedua corak tersebut. Corak
Mojokerto tampak pada ukiran tumbuh-tumbuhan yang sederhana. Corak Jepara lebih
rumit dan beragam. Corak ini menggambarkan dunia hewan dan tumbuhan. Seni ukir
dan seni hias merupakan sebuah symbol yang sarat akan makna. Beberapa maksud
dari symbol tersebut adalah:
o Gunungan
Menggambarkan
jagad alam semesta dalam agama Hindu. Dalam acara pewayangan gunungan merupakan
symbol pergantian babak atau episode baru.
o Batara kala
Merupakan
warisan dari kebudayaan Hindu, batara kala merupakan penjaga yang memberi rasa
aman. Dalam makam Aer Mata motif batara kala ini disamarkan, karena Islam tidak
mengenal dewa-dewa. Makna adanya motif batara kala bisa dikaitkan dengan rasa
kewaspadaan.
o Bunga lotus atau teratai
Merupakan
motif warisan dari kebudayaan Budha. Umat budha menggambarkan bahwa bunga ini
merupakan landasan atau tempat para budha. Di kompleks makam aermata bunga
lotus terdapat di lapisan paling bawah. Hal tersebut menggambarkan kesamman
fungsi bunga lotus yang menopang kehidupan diatasnya. Bunga lotus juga
melambangkan keabadian
o Gajah
Merupakan
warisan dari agama Hindu yang melambangkan Dewa Ganesha. Ada yang menarik dari
ukiran gajah ini yakni digambarkan seperti mammoth karena gadingnya yangterlalu
panjang. Hal ini juga mengindikasikan adanya pengaruh purba dalam lukisan
tersebut.
o Sulur atau tanaman merambat
Merupakan
simbol yang melambangkan keuletan dan kelenturan. Selain itu tanaman merambat
juga melambangkan rasa rendah diri terhadap sesama.
o Lafadz kaligrafi Syahadatain
Lafadz
ini banyak terdapat pada batu-batu nisan yang terdapat di komplek makam.
Melambangkan unsur Islam kaligrafi tersebut bermakna ”Tidak ada Tuhan selain
Allah, dan Muhammad Rosul Allah”.
o Awan- awan
Ukiran
awan-awan yang berlekuk-lekuk merupakan elemen yang cukup dominan pada bangunan
ini. Motif awan tersebut melambangkan dunia atas, dunia orang mati, dewa
ataupun roh.
o Naga yang disamarkan
Naga
merupakan hewan mitologi China. Meskipun di Jawa maupun Madura tidak mengenal
adanya Naga, tetapi dari interaksi yang terus menerus dengan saudagar China
kemungkinan sekali seniman Jawa juga terpengaruh. Naga menurut kepercayaan China
melambangkan keuletan kekuatan dan keberuntungan.
Berikut ini adalah penyedian fasilitas-fasilitas dalam rangka meningkatkan
peran, fungsi tatanan kehidupan masyarakat diantaranya :
No.
|
Fasilitas
|
Sarana
|
Jumlah
|
1.
|
Keagamaan
|
Masjid
|
1 buah
|
Mushalla
|
2 buah
|
||
Pemakaman
|
8 lokal
|
||
2.
|
Pendidikan
|
PAUD
|
1 lokal
|
SD/MI
|
1 lokal
|
||
SMP/MTs
|
-
|
||
SMA/SMK
|
-
|
||
Yayasan
|
2 lokal
|
||
Lembaga Kursus
|
1 Unit
|
||
Lapangan desa
|
2 Unit
|
||
3.
|
Fasilitas Umum
|
Pasar
|
-
|
Terminal
|
-
|
||
4.
|
Kesehatan
|
Puskesmas / polindes
|
2 Unit
|
Posyandu
|
4 Unit
|
||
5.
|
Kelembagaan
|
Balai Desa
|
1 unit
|
Sudah
terlihat dari tabel di atas bagaimana kondiri sarana di desa Buduran.
Pendidikan di desa ini lebih cenderung pada yang bersifat keagamaan seperti
pesantren.
Kehidupan
kerukunan beragama di Madura terutama di Arosbaya sudah terjalin harmonis.
Pengembangan sikap toleransi antar umat beragama yang baik dapat terlihat dari
arsitektur kompleks pemakaman Aer Mata Ibu, disana tersurat dan tersirat
akulturasi nilai-nilai filosofis keagamaan baik itu dari tradisi Hindu-Buddha
berbaur dengan tradisi Islam.
Masyarakat
desa Buduran masih memegang beberapa kepercayaan mengenai makam Air Mata Ibu
seperti air dari sendang yang di yakini dapat menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Peziarah pun juga masih mempercayai tentang kekeramatan dari air
sendang tersebut. Keunikan lainnya adalah dari makam Ratoe Ibu sendiri, menurut
masyarakat sekitar “apabila ada orang yang melihat makam Ratoe Ebu berukuran
panjang maka umur dari orang yang melihat juga akan panjang akan tetapi apabila
yang melihat tersebut melihat makam Ratoe Ebu terlihat pendek maka umurnya pun
pendek. Ada lagi hal unik yang masih di percayai sampai sekarang yaitu tangga
makam yang tidak bisa di hitung walaupun sudah di coba berulang kali. walaupun
Ratoe Ebu berasal dari jawa akan tetapi kebudayaan masyarakat desa Budusan sama
dengan masyarakat madura pada umumnya hanya saja mereka cenderung lebih agamis
lagi dari pada daerah lain mengingat di desa tersebut ada makam yang di
keramatkan. Seperti yang sudah di uraikan sebelumnya atas tentang toleransi
yang terlambangkan dengan dalam ukiran
ukiran di makam Ratoe Ebu sudah terlihat bahwa toleransi antar warganya sudah
terjalin sejak lama bahkan sebelum indonesia serta asas asas tentang toleransi
tersebut ada. Di desa Buduran memang tidak ada kebudayaan atau acara khusus
untuk Pesarean Ratoe Ebu namun biasanya ada pengajian-pengajian yang di adakan
di makam Ratoe Ebu.
Dalam kehidupan
sehari-hari, masyarakat di sekitar wilayah Pesarean Air Mata Ibu
berjualan di sekitar pintu gerbang masuk Pesarean. Mereka membuka kios-kios
kecil yang menyediakan makanan ringan serta minuman-minuman bagi para peziarah
yang datang berziah. Ada juga yang berjualan cindra mata khas Madura untuk para
pengunjung yang pergi berziarah ke sana.
Menurut penuturan para pedagang serta juru kunci, biasanya para peziarah
ramai berdatangan pada hari sabtu dan minggu. Dengan adanya wisata religi Air
Mata Ibu ini masyarakat sudah terbantu dalam segi perekonomiannya. Jumlah
pengunjung yang biasanya membludak pada hari sabtu dan minggu menjadi rezeki
tersendiri bagi mereka yang tinggal di darah sana. Air dari sendang Ratoe Ebu
juga di jual perbotol senilai Rp.5000-
kepada para peziarah.
Karena
letak Pesarean Air Mata Ibu dekat dengan tambang batu kapur jadi sebagian
masyarakat di sana juga bekerja sebagai penambang batu kapur.
Seperti masyarakat
Madura pada umumnya, masyarakat di desa Buduran Arosbaya juga bersifat agamis.
Apalagi dengan adanya wisata Pesarean Air Mata Ibu di desa Buduran Arosbaya
menjadikan masyarakat di sana lebih agamis lagi. Mereka menghormati dan masih
sangat mempercayai kekeramatan kompleks Pesarean Air Mata Ibu ini. Sampai saat
ini mereka percaya bahwa air yang keluar dari sendang di sana mampu menyembuhkan
penyakit. Dengan adanya wisata religi Pesarean Air Mata Ibu ini juga membantu
perekonomian masyarakat banyak yang mebuka kios-kios kecil di depan area
gerbang masuk menuju Pesarean Air Mata Ibu ini. Mereka menjual berbagai macam
makanan ringan serta bebrapa cindra mata khas Madura.
Ahmadi Abu 1982 . Sosiologi pendidikan; Membahas
Gejala pendidikan Dalam Konteks Struktural Sosial Masyarakat, Jakarta
:Binar ilmu
Soekanto Soerjono 2002:243. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta : Raja persada
Isyani Abdu 1992 . Sosiologi: Skematika, Teori , dan Terapan.
Bandar Lampung: Bumi Aksara
Supartono,
1996. Ilmu Budaya
Dasar. Jakarta. Ghalia Indonesia
Elly,
2008 . Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar, Prenada Media Group, Jakarta.
Purwo,dkk.2000.
Pelajaran Ekonomi. Jakarta: Yudistira.
zkarnain.
2008. ( http://zkarnain.tripod.com/AERMATA.HTML
)Diakses Pada hari Jumat 24 novenber 2017 12.05 WIB)
(
http://www.lontarmadura.co.cc/2011/02/pasarean-aermata-bangkalan.html
) Diakses Pada hari minggu 26 novenber 2017 12.05 WIB)
Soekmono.
1973.Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3.Jakarta: Kanisius