Jumat, 09 Maret 2018

penelitian ilmiah pemetaan sosial air mata ibu



LAPORAN PEMETAAN SOSIAL
Peran Wisata Religi Pesarean Aer Mata Ibu dalam perkembangan Budaya serta Ekonomi bagi Masyarakat Desa  Buduran
Dosen Pengampu :
Alfan Biroli,S.pd.M.sos




Di Susun Oleh :
Moh. Hoirullah            160521100031
Ella Widiyah               160521100032
Endang Dwi P             160521100017
Risqi Nur Alifa R        160521100018
Siti Mutmainnah         160521100035
Syafitri                        140521100066
Prodi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2017


DAFTAR ISI




BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, suku, ras, bahasa, dan lainnya. Itulah alasan mengapa indonesia selain di sebut sebagai negara agraris tetapi juga di sebut negara multikultural. Dengan keragaman yang di miliki membuat Indonesia menjadi negara yang unik serta memiliki toleransi yang tinggi antara masing-masing golongan. Rakyat indonesia senantiasa hidup berdampingan walaupun memiliki kebudayaan atau kepercayaan yang berbeda antara saru dengan yang lainnya.
Selain kebudayaan, ras, bahasa dan lainnya yang berbeda beda Indonesia juga memiliki objek-objek wisata yang mengagumkan dari yang berbau alam sampai yang berbau kebudayaan seperti rumah adat dan lain-lain. Setiap wilayah di Indonesi pasti memiliki destinasi-destinasi yang memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap pengunjung baik pengunjung lokal maupun mancanegara. bukan hanya memiliki daya tarik terhadap wisatawan,  tetapi juga memiliki pengaruh yang siknifikan terhadap kehidupan masyarakat sekitar daerah yang menjadi tempat destinasi wisata tersebut. Seperti sejarah dari suatu tempat wisata di Indonesia pasti akan mempengaruhi bagaimana jalannya kehidupan masyarakat di sekitar destinasi wisata tersebut. Biasanya hal yang paling di pengaruhi adalah dari segi adat istiadat atau budaya masyarakat setempat tapi tidak menutup kemungkinan terpengaruhnya hal-hal lain seperti ekonomi atau pendidikan masyarakatnya.
Pulau Madura meupakan salah satu pulau yang ada di Jawa Timur. Madura terkenal dengan masyarakatnya  yang masih sangat agamis. Meskipun sudah banyak sekali pengaruh modernisasi yang masuk ke Madura, akan tetapi masyarakatnya tetap agamis dan tetap menjalankan warisan kebudayaannya. Selain itu, di Madura banyak sekali destinasi-destinasi yang bisa menjadi tujuan untuk wisata. Mulai dari keindahan alam bawah lautnya sampai wisata-wisata yang ada di masing-masing kabupaten di Madura. Pulau-pulau yang menjadi bagian dari Madura juga tidak kalah indahnya dari pulau-pulau di daerah lain hanya saja masih banyak yang belum terekspos keindahan alamanya. Madura juga terkenal dengan wisata religinya. Makam-makam yang dianggap keramat bertebaran di berbagai pelosok pulau ini seperti makam Syaikhona Kholil dan Pesarean Aer Mata atau Makam Ratu Ibu, di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan. Legenda Makam Rato Ebu, yang mata airnya dianggap keramat.
Pesarean Aer Mata Ibu atau Makam Rato Ebu di Arosbaya tidak lepas dari kisah sejarah dari pulau Madura itu sendiri. Ratu Ibu sendiri, adalah Syarifah Ambami, istri Raden Praseno, penguasa. Madura yang bergelar Cakraningrat I. Dari perkawinannya kali ini dia mempunyai tiga orang anak, yaitu RA Atmojonegoro, Ri Undagan dan Ratu Mertoparti. Alkisah, walaupun Panembahan Cakraningrat I ini memerintah di Madura, tetapi beliau banyak menghabiskan waktunya di Mataram, membantu Sultan Agung. Melihat keadaan yang demikian, Syarifah Ambami merasa sangat sedih. Siang malam beliau menangis meratapi dirinya. Akhirnya beliau bertekad untuk menjalankan pertapaan. Kemudian bertapalah Syarifah, disebuah bukit yang terletak di daerah Buduran Arosbaya. Dalam tapanya, beliau memohon dan berdoa, semoga keturunannya kelak sampai pada tujuh turunan, dapat ditakdirkan untuk menjadi penguasa pemerintahan di Madura.
Dikisahkan pula bahwa dalam pertapaannya itu, secara rohaniah beliau bertemu Nabi Khidir AS. dari pertemuann itu pulalah beliau memperoleh kabar bahwa permohonannya dikabulkan. Betapa senangnya hati beliau, akhirnya beliau bergegas pulang kembali ke Sampang. Selang beberapa lama kemudian, Panembahan Cakraningrat I datang dari Mataram. Diceritakanlah semua pengalaman semenjak suaminya berada di Mataram, bahwa beliau menjalankan pertapaan, dan diceritakan pula hasil pertapaaannya kepada Panembahan Cakraningrat I. Setelah selesai mendengarkan cerita istrinya itu. Panembahan Cakraningrat I, bukanlah merasa senang, akan tetapi beliau merasa sedih dan kecewa terhadap istrinya, mengapa beliau hanya berdoa dan memohon hanya tujuh turunan saja. Melihat kekecewaan yang terjadi pada diri Panembahan Cakraningrat I ini, beliau merasa berdosa dan bersalah terhadap suaminya. Setelah Panembahan Cakraningrat I kembali ke Mataram, beliau pergi bertapa lagi ketempat pertapaannya yang dulu. Beliau memohon agar semua kesalahan dan dosa terhadap suaminya diampuni. Dengan perasaan sedih, beliau terus menjalani pertapaannya. Beliau selalu menangis, menangis dan terus menangis, sehingga air matanya mengalir membanjiri sekeliling tempat pertapaarmya, membentuk sendang.
Sumber mata air dari tangisan Ratu ibu yang keramat itu di percaya oleh masyarakat sekitar mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Sehingga banyak sekali orang – orang yang datang untuk pergi berziarah dan mengambil air dari sumber air mata ibu. Sumber mata air Ratu Ibu itu tidak pernah kering dari dulu hingga sekarang.
Dari ulasan di atas, kami akan melakukan pemetaan sosial pada masyarakat di daerah sekitar Pesarean Aer Mata ibu atau Makan Rato Ebu dengan judul “Peran Wisata Religi Pesarean Aer Mata Ibu dalam perkembangan Sosial Budaya serta Ekonomi bagi Masyarakat Desa  Buduran”.
1.      Bagaimana peran wisata religi “Pesarean Aer Mata Ibu” dalam perkembangan   kebudayaan bagi masyarakat sekitar ?
2.      Dengan adanya “Pesarean Aer Mata Ibu” bagaimana perkembangan sosial dan ekonomi untuk masyarakat sekitar?
1.      Manfaat teoritis
Dari hasil penelitian yang akan di lakukan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian lmiah, studi empiris bagi kajian sosiologi, serta diharapkan dapat menjelaskan realita yang ada dengan teori-teori yang relevan, yang dapat merefleksikan sebuah realita yang berkaitan dengan perkembangan sosial budaya masyarakat yang tinggal di daerah Pesarean Aer Mata Ibu. Serta dapat dijadikan untuk pertimbangan penelitian berikutnya.
2.      Manfaat praktis
a.       Bagi peneliti, laporan penelitian ini sebagai bukti bahwa peneliti telah membuktikan bagaimana kegiatan merayakan bulan puasa masyarakan kecamatan Krucil ini bisa meningkatkan solidaritas masyarakatnya, serta sebagai sarana untuk menunjukkan hasil penelitiannya untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pemetaan Sosial”
b.      Bagi pembaca, laporan ini sebagai sarana menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Pesarean Aer Mata Ibu. Laporan ini dapat menjadi pedoman dalam pembaharuan penulisan laporan tentang pemetaan masyarakat di sekitar Pesarean Aer Mata Ibu . Hasil penelitian ini juga dapat memberikan wawasan tentang peran Pesarean Aer Mata Ibu bagi masyarakat sekitarnya.






Menurut Abu Ahmadi (1982) peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya.
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002:243), yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang telah ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan normatif. Sebagai peran normatif dalam hubungannya dengan tugas dan kewajiban dinas perhubungan dalam penegakan hukum mempunyai arti penegakan hukum secara total enforcement, yaitu penegakan hukum secara penuh, (Soerjono Soekanto 1987: 220).
Sedangkan peran ideal, dapat diterjemahkan sebagai peran yang diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan tersebut. Misalnya dinas perhubungan sebagai suatu organisasi formal tertentu diharapkan berfungsi dalam penegakan hukum dapat bertindak sebagai pengayom bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan ketertiban, keamanan yang mempunyai tujuan akhir kesejahteraan masyarakat, artinya peranan yang nyata, (Soerjono Soekamto).
Kebudayaan adalah suatu komponen penting dalam masyarakat khususnya struktur sosial.secara sederhana kebudayaan dapat di artikan sebagai suatu cara hidup atau pandangan hidup. Pandangan hidup ini meliputi cara berfikir, cara berencana, dan bertindak, di samping karya nyata yang terlihat berguna, benar, dan di patuhi masyarakat atas keputusan bersama(dalam abdulsyani.1992). menurut Soelo Soemardjan dan Soelaiman (dalam abdulsyani,1992)merumuskan kebudayaan sebagai hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan material yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Sedangkan cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang hidup dalam masyarakat yang kemudian menghasilkan ilmu pengetahuan. Dari segi material mengandung karya, yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan benda-benda atau hasil perbuatan manusia yang berwujud materi. Sedangkan dari segi spiritual mengandung cipta yang mengahasilkan ilmu pengetahuan, karena menghasilkan kaidah kepercayaan, kesusilaan, kesopanan, hukum dan selanjutnya rasa menghasilkan keindahan. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Supartono, 1996) kebudayaan berarti buah budi hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
     Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun yang bersumber dari persaingan manusia itu sendiri untuk mempertahankan kehidupannya. Manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan baik dibidang materil maupun spiritual. Kebutuhan-kebutuhan tersebut untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber dari masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat menghasikan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama melindungi masyarakat terhadap lingkungan. Pada masyarakat yang taraf kebudayaannya lebih tinggi, teknologi memungkinkan untuk pemanfaatan hasil alam bahkan mungkin untuk menguasai alam. Disisi lain karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan masyarakatnya. Kebudayaan berguna bagi manusia untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar manusia, dan sebagai wadah dari segenap perasaan manusia. Kebudayaan akan mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup untuk dapat bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat kepada taraf hidup tertentu yaitu hidup yang lebih baik, manusiawi, dan berperi-kemanusiaan.
       Menurut C. Kluckhohn (dalam Elly, 2008) ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu:
a. Sistem religi dan upacara keagamaan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo religius. Manusia memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan leluhur, tanggap bahwa diatas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang Mahabesar. Oleh karena itu, manusia takut dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk kekuatan besar tersebut agar mau menuruti kemauan manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan dalam sistem religi dan upacara keagamaan.
b. Sistem organisasi kemasyarakatan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo socius elalui akal manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu menciptakan kesejahteraan hidupnya.
c. Sistem pengetahuan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri dan juga pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan pengetahuan ini menyebar luas.
d. Sistem mata pencaharian
Merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus. Dalam tingkat sebagai food gathering, kehidupan manusia memang sama dengan binatang. Namun dalam tingkat food producing terjadi kemajuan yang pesat. Setelah bercocok tanam, kemudian berternak, lalu mengusahakan kerajinan, berdagang, manusia makin dapat mencukupi kebutuhannya yang terus meningkat (rising demands) yang kadang cenderung serakah.
e. Sistem teknologi dan peralatan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikiran yang cerdas dan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan dan mempergunakan alat untuk mencukupi kebutuhannya.
f. Bahasa
Merupakan produk dari manusia sebagai homo languens. Bahasa mulanya diwujudkan dalam bentuk kode lalu disempurnakan dalam bentuk lisan. Bahasa yang telah maju memiliki banyak kosakata sehingga makin komunikatif.
g. Kesenian
Merupakan produk dari manusia sebagai homo esteticus. Manusia mencari pemuas untuk kebutuhan psikisnya.semua itu dipenuhi melalui kesenian.
Koentjaraningrat (dalam Elly, 2008) mengemukakan bahwa kebudayaan digolongkan dalam tiga wujud, yaitu:
a. Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
b. Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c. Sebagai benda-benda hasil karya manusia
Ekonomi adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Ekonomi juga menerangkan cara-cara menghasilkan, mengedarkan, membagi serta memakai barang dan jasa dalam masyarakat sehingga kebutuhan materi masyarakat dapat terpenuhi sebaik-baiknya. Kegiatan ekonomi dalam masyarakat adalah mengatur urusan harta kekayaan baik yang menyangkut kepemilikkan, pengembangan maupun distribusi. Selain itu ekonomi dalam masyarakat juga menyangkut bagaimana cara memperolehnya serta usaha –usaha yang di lakukan agar yang di peroleh bisa maksimal dan mencukupi kebutuah masyarakat sehari-hari.
1.      Peran
merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Peran juga bisa di artikan sebagai bentuk dampak dari sebuah objek yang bisa mempengaruhi hal-hal yang ada di sekitarnya.
2.      Wisata Religi
Wisata religi adalah tempat yang biasa di kunjungi oleh masyarakat yang bersifat ke agamaan. Biasanya pengunjung yang datang untuk berziaroh selain itu juga untyk mengenang mereka yang berjasa baik terhadap negara, perkembangan agama maupun wilayah suatu daerah.
3.      Perkembangan Budaya
Perkembangan budaya adalah proses bagaimana kebudayaan dari suatu wilayah berjalan atau berkembang sesuai dengan sejarah maupun hal-hal yang dapat mempengaruhi jalannya kebudayaan dalam satu daerah.
4.      Perkembangan ekonomi
Perkembangan ekonomi adalah bagaimana keadaan perekonomian masyarakat di dalam suatu daerah .

Kompleks pemakaman  Aer Mata atau makam Ratu Ibu sudah ada di desa Buduran, Arosbaya sejak ratusan tahun silam. Aer Mata tak hanya populer karena keunikan seni arsitekturnya, tetapi juga karena kadar kekeramatannya. Banyak yang percaya bahwa air yang ada di komplek pemakaman air mata ibu tersebut mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
Kompleks makam Aer Mata berbentuk teras berundak, berjumlah tiga teras dan terasnya berupa susunan teras halaman. Pintu masuk makam berupa “seperti gapura”.  Hiasan pintu masuk ini merupakan suatu gunungan yang menyambung dengan tangga-tangga menuju makam. Kompleks makam ini terbagi menjadi tiga teras. Teras utama berbentuk persegi panjang. Pada teras ini terdapat beberapa makam penduduk. Selain itu terdapat tugu peringatan yang menceritakan peresmian pembangunan makam. Selain itu terdapat pula ruangan yang menyimpan beberapa koleksi. Di dalam ruangan ini ditemukan beberapa koleksi peninggalan.  Koleksi peninggalannya berupa:
o   Lambang kerajaan
Lambang kerajaan Bangkalan yang terinspirasi dari lambang kerajaan Majapahit.
o   Gunungan dan beberapa artefak kuno
Gunungan merupakan warisan kebudayaan Hindhu yang di Islamkan. Hal tersebut tampak dari hiasan atau ukiran pada gunungan tersebut.  Ukiran tersebut berupa awan dan tumbuh-tumbuhan.
o   Plakat Ibu Ratu Syarifah Ambami sebagi Ratu Ibu.
Di dalam plakat ini tertulis Kandjeung Ratoe Iboe, Syarifah Ambami. Dari plakat inilah, makam ini dinamakan makam Ratoe Iboe.
o   Beberapa koleksi foto pemugaran makam
Banyak foto-foto yang menggambarkan pemugaran makam, terutama pemasangan cungkup pada kompleks makam.
Menuju ke halaman teras dua, teras halaman kedua ini pun berbentuk persegi empat yang dibatasi oleh talud-talud. Untuk memasuki ada jalan khusus yang berbentuk seperti candi gapura.  Di kompleks kedua ini terdapat beberapa bangunan dan akses masuk ke sumber mata air Ratoe Iboe. Bangunan yang terdapat pada halaman teras kedua ini adalah tempat kediaman kekuncen. Dan kompleks makam raja dan bangsawan, hanya saja siapa beliau tidak kami tanyakan. Ada  beberapa nama yang tertera pada plat logam yaitu Mas Ajio Amina, dan Kolonel Pangeran Soeryodiningrat.
Di kompleks makam tersebut ada beberapa hal menarik yaitu batu nisan yang beragam bentuk dan hiasan.  Pada umumnya hiasan pada batu nisan adalah lambang kerajaan Bangkalan dan ukiran atau kaligrafi huruf Arab Berlafadz “Laailla Ha Illallah Muhammadur Rosulullah”
Komplek halaman teras makam yang ketiga merupakan komplek bangunan yang utama dan sakral. Hal tersebut mirip dengan kosmologi Hindhu yang menempatkan bangunan tersuci di bagian belakang. Pada halaman teras inipun dibagi lagi menjadi 3 cungkup. Cungkup yang pertama merupakan makam dari raja dan saudagar-saudagar kaya. Cungkup kedua merupakan makam umum dan ada komplek makam dengan gunungan yang berukir. Gunungan tersebut sambung menyambung dengan yang lainnya sehinngga membentuk sebuah tabir yang menyembunyikan kompleks makam di belakangnya.
Kompleks makam paling belakang adalah kompleks makam Ibu Syarifah Ambami. Kompleks makam tersebut selalu ramai dikunjungi para peziarah. Bangunan kompleks pemakaman di Aer Mata Ibu, Arosbaya, Bangkalan, Madura  ini menunjukkan sisi akulturasi budaya. Tradisi arsitektur budaya yang ditampilkan adalah motif transisi peralihan dari budaya Pra-Islam ke Islam atau dengan kata lain tradisi arsitektur pada masa Hindu Buddha yang masih diteruskan pada masa Islam. Menarik, perlu untuk diketahui bahwa kompleks makam Aer Mata Ibu ini dibangun di atas lahan bukit buatan.
Kompleks kuburan kuno itu terhampar kokoh di puncak bukit kecil berketinggian sekitar 30 meter di atas permukaan laut (mdpl). Karena itu untuk mencapai makam itu terlebih dulu harus menaiki puluhan anak tangga agar sampai di Pasarean Aermata. Sampai di atas kompleks makam, kita akan menjumpai pagar batu andelis warna putih yang mengitari makam, batu-batu itu disusun rapi, tanpa menggunakan perekat semen bak bangunan candi-candi tua di Pulau Jawa. Ada enam cungkup ukuran besar, sedang, dan kecil berdiri tegar di bagian tengahnya.
Kompleks makam ini dilingkari pagar dan strukturnya berundak-undak tidak terdapat pohon kamboja yang biasanya menjadi ciri khas pohon kuburan tetapi hanya terdapat kembang puring. Struktur kompleks makam dibagi menjadi tiga area yaitu area jeroan, tengah dan jaba yang setiap area ini menempati satu undakan.
Latar kuburan atau yang menjadi sekat antara area jaba, tengah dan jeroan itu dipisahkan dengan bangunan yang berbentuk gunungan, berhias ornamen awan-awan bersama bunga lotus (teratai). Penggambaran gunungan tidak seperti gunungan yang masterpiece dari Hindu yang memuat mahkluk-mahkluk bernyawa seperti burung macan dan lain-lain, tetapi penggambaran itu dikiaskan dengan motif rambatan tumbuhan yang memang apabila dilihat dengan cara seksama masih membentuk mahkluk-mahkluk bernyawa karena ini untuk mengakali aturan Islam yang  tidak boleh menggambarkan mahkluk bernyawa.
Kompleks bangunan makam Aer Mata Ibu dengan kata lain adalah hasil dari cipta karsa local genius masyarakat yang mengakulturasikan antara nilai-nilai estetika Hindu dengan Islam. Mereka menerima Islam tapi tidak serta merta menerima begitu saja menelan mentah-mentah ajaran Islam tapi mengupayakan dengan mensinergikan dengan kebudayaan yang sudah ada, dalam hal ini adalah Hindu.
Selain terdapat makam para raja Madura. Daya tarik lainnya ada pada motif dan ukiran unik yang ada di perabotan makam. Yaitu susunan batu andesit pada pintu gerbang kedua, cungkup peringgitan tempat menerima tamu peziarah, cungkup tempat penyimpanan senjata dan sisa perabotan peninggalan kerajaan, cungkup para juru kunci, serta tiga cungkup utama tempat bersemayamnya jasad para raja. Demikian pula aksesori hiasan memolo dan kemuncak yang bertebaran di puncak atap masing-masing cungkup. Keelokan dan kekhasan gaya arsitektur pasarean Aer Mata mulai terasa saat memasuki pintu gerbang pasarean yang menanjak. Rantai tangga dan pagar panjang di kanan kiri makam terbuat dari batu andelis (“ulet” orang Madura menyebutnya) tanpa perekat semen.
Puncak keelokan estetika Pasarean Aer Mata terletak pada tiga cungkup utama, yakni cungkup makam Ratu Syarifah Ambami (1546 - 1569), dan cungkup panembahan Cakraningrat II dan V serta panembahan Cakraningrat VI dan VII. Latar belakang tiap cungkup utama yang berukuran 40 X 20 meter dihiasi 7 tahta berbentuk daun waru yang dipenuhi ukiran antik nan unik yang terbuat dari batu pualam jenis marmer. Seluruh pusara Ratu Syarifah Ambami dan panembahan Cakraningrat II, V, VI, VII serta beberapa saudagar dan bangsawan keturunan raja seluruhnya bertahta ukiran antik nan menawan dari batu marmer yang disusun tanpa menggunakan perekat semen
Rumit memang, pemahaman kita terhadap konfigurasi seni ukir yang ada di kompleks makam. Apalagi di balik konfigurasi seni ukir itu tersimpan simbol misteri yang melambangkan kerukunan antar umat dari tiga agama yang berkembang pada saat itu, yakni Islam, Buddha, dan Hindu. Jika peziarah teliti, simbol kerukunan itu, meski samar, nampak terlihat transparan, sebab di antara hamparan ragam bentuk seni ukir itu, tersisip ukiran bunga teratai yang menyimbolkan ajaran Budha, miniatur Ganesha sebagai simbol Hindu, serta ukiran kaligrafi sebagai simbol Islam. Ketiganya saling bertaut menggambarkan sebuah cerita kerukunan antar umat di Madura pada dulu kala.
Karena itulah sejak masa pemerintahan Panembahan Cakraningrat I pada lima abad yang silam, ajaran tentang pentingnya kerukunan antar umat beragama sangat ditekankan. Khususnya di daerah Bangkalan, Madura. Sayangnya, ajaran kebaikan tentang keagamaan dan falsafah yang ada di balik keunikan dan kemisterian Pesarean Aer Mata tak banyak orang tahu.
Dalam agama Islam ada larangan untuk melukiskan sesuatu mahkluk hidup, apalagi manusia. Di Nusantara ada kalanya bahwa kesenian itu tetap dipertahankan, menghasilkan sesuatu patung tetapi patung ini sudah demikian disamarnya dengan keterampilan seni ukir sehingga tidak lagi menggambarkan mahkluk hidup. Untuk seni hias ini orang tidak ragu-ragu mengambil pola-pola dari jaman purba yang terutama sekali terdiri atas pola-pola: daun-daunan, bunga-bungaan, bukit-bukit karang, pemandangan dan garis-garis geometri. Dari makam yang dihias tidak hanya nisan-nisanya tapi juga cungkup, tiang-tiang cungkupnya dan apa saja lainnya yang dapat dan pantas dihias. Di kompleks pemakaman Aer Mata Ibu tembok pada sisi utara disebut gunungan dan diukir dengan pahatan-pahatan yang halus sekali. Pada makam-makam yang berkelompok dan tersusun berjajar maka gunungan itu bersambung menjadi satu, bagaikan tabir berukir.   
Dari penuturan juru kunci, semua ukiran dan hiasan berasal dari Mojokerta / Trowulan. Namun ada beberapa warga yang mengatakan bahwa ukiran tersebut dibuat oleh seorang ahli ukir dari Jepara. Warga tersebut juga berkeyakinan bahwa ahli ukir tersebut juga dimakamkan di kompleks Aer Mata. Dari penuturan diatas setidaknya ada dua macam corak seni ukir dan hias yang ada di makam Aer Mata. Hasil temuan di lapanganpun mengindikasikan adanya penagruh kedua corak tersebut. Corak Mojokerto tampak pada ukiran tumbuh-tumbuhan yang sederhana. Corak Jepara lebih rumit dan beragam. Corak ini menggambarkan dunia hewan dan tumbuhan. Seni ukir dan seni hias merupakan sebuah symbol yang sarat akan makna. Beberapa maksud dari symbol tersebut adalah:
o   Gunungan
Menggambarkan jagad alam semesta dalam agama Hindu. Dalam acara pewayangan gunungan merupakan symbol pergantian babak atau episode baru.
o   Batara kala
Merupakan warisan dari kebudayaan Hindu, batara kala merupakan penjaga yang memberi rasa aman. Dalam makam Aer Mata motif batara kala ini disamarkan, karena Islam tidak mengenal dewa-dewa. Makna adanya motif batara kala bisa dikaitkan dengan rasa kewaspadaan.
o   Bunga lotus atau teratai
Merupakan motif warisan dari kebudayaan Budha. Umat budha menggambarkan bahwa bunga ini merupakan landasan atau tempat para budha. Di kompleks makam aermata bunga lotus terdapat di lapisan paling bawah. Hal tersebut menggambarkan kesamman fungsi bunga lotus yang menopang kehidupan diatasnya. Bunga lotus juga melambangkan keabadian
o   Gajah
Merupakan warisan dari agama Hindu yang melambangkan Dewa Ganesha. Ada yang menarik dari ukiran gajah ini yakni digambarkan seperti mammoth karena gadingnya yangterlalu panjang. Hal ini juga mengindikasikan adanya pengaruh purba dalam lukisan tersebut.
o   Sulur atau tanaman merambat
Merupakan simbol yang melambangkan keuletan dan kelenturan. Selain itu tanaman merambat juga melambangkan rasa rendah diri terhadap sesama.
o   Lafadz kaligrafi Syahadatain
Lafadz ini banyak terdapat pada batu-batu nisan yang terdapat di komplek makam. Melambangkan unsur Islam kaligrafi tersebut bermakna ”Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rosul Allah”.
o   Awan- awan
Ukiran awan-awan yang berlekuk-lekuk merupakan elemen yang cukup dominan pada bangunan ini. Motif awan tersebut melambangkan dunia atas, dunia orang mati, dewa ataupun roh.
o   Naga yang disamarkan
Naga merupakan hewan mitologi China. Meskipun di Jawa maupun Madura tidak mengenal adanya Naga, tetapi dari interaksi yang terus menerus dengan saudagar China kemungkinan sekali seniman Jawa juga terpengaruh. Naga menurut kepercayaan China melambangkan keuletan kekuatan dan keberuntungan.
Berikut ini adalah penyedian fasilitas-fasilitas dalam rangka meningkatkan peran, fungsi tatanan kehidupan masyarakat diantaranya :
No.
Fasilitas
Sarana
Jumlah
1.
Keagamaan
Masjid
1 buah
Mushalla
2 buah
Pemakaman
8 lokal
2.
Pendidikan
PAUD
1 lokal
SD/MI
1 lokal
SMP/MTs
-
SMA/SMK
-
Yayasan
2 lokal
Lembaga Kursus
1 Unit
Lapangan desa
2 Unit
3.
Fasilitas Umum
Pasar
-
Terminal
-
4.
Kesehatan
Puskesmas / polindes
2 Unit
Posyandu
4 Unit
5.
Kelembagaan
Balai Desa
1 unit
           
Sudah terlihat dari tabel di atas bagaimana kondiri sarana di desa Buduran. Pendidikan di desa ini lebih cenderung pada yang bersifat keagamaan seperti pesantren.
Kehidupan kerukunan beragama di Madura terutama di Arosbaya sudah terjalin harmonis. Pengembangan sikap toleransi antar umat beragama yang baik dapat terlihat dari arsitektur kompleks pemakaman Aer Mata Ibu, disana tersurat dan tersirat akulturasi nilai-nilai filosofis keagamaan baik itu dari tradisi Hindu-Buddha berbaur dengan tradisi Islam.
Masyarakat desa Buduran masih memegang beberapa kepercayaan mengenai makam Air Mata Ibu seperti air dari sendang yang di yakini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Peziarah pun juga masih mempercayai tentang kekeramatan dari air sendang tersebut. Keunikan lainnya adalah dari makam Ratoe Ibu sendiri, menurut masyarakat sekitar “apabila ada orang yang melihat makam Ratoe Ebu berukuran panjang maka umur dari orang yang melihat juga akan panjang akan tetapi apabila yang melihat tersebut melihat makam Ratoe Ebu terlihat pendek maka umurnya pun pendek. Ada lagi hal unik yang masih di percayai sampai sekarang yaitu tangga makam yang tidak bisa di hitung walaupun sudah di coba berulang kali. walaupun Ratoe Ebu berasal dari jawa akan tetapi kebudayaan masyarakat desa Budusan sama dengan masyarakat madura pada umumnya hanya saja mereka cenderung lebih agamis lagi dari pada daerah lain mengingat di desa tersebut ada makam yang di keramatkan. Seperti yang sudah di uraikan sebelumnya atas tentang toleransi yang terlambangkan dengan  dalam ukiran ukiran di makam Ratoe Ebu sudah terlihat bahwa toleransi antar warganya sudah terjalin sejak lama bahkan sebelum indonesia serta asas asas tentang toleransi tersebut ada. Di desa Buduran memang tidak ada kebudayaan atau acara khusus untuk Pesarean Ratoe Ebu namun biasanya ada pengajian-pengajian yang di adakan di makam Ratoe Ebu.
            Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat di sekitar wilayah Pesarean Air Mata Ibu berjualan di sekitar pintu gerbang masuk Pesarean. Mereka membuka kios-kios kecil yang menyediakan makanan ringan serta minuman-minuman bagi para peziarah yang datang berziah. Ada juga yang berjualan cindra mata khas Madura untuk para pengunjung yang pergi berziarah ke sana.  Menurut penuturan para pedagang serta juru kunci, biasanya para peziarah ramai berdatangan pada hari sabtu dan minggu. Dengan adanya wisata religi Air Mata Ibu ini masyarakat sudah terbantu dalam segi perekonomiannya. Jumlah pengunjung yang biasanya membludak pada hari sabtu dan minggu menjadi rezeki tersendiri bagi mereka yang tinggal di darah sana. Air dari sendang Ratoe Ebu juga di jual perbotol senilai Rp.5000-  kepada para peziarah.
            Karena letak Pesarean Air Mata Ibu dekat dengan tambang batu kapur jadi sebagian masyarakat di sana juga bekerja sebagai penambang batu kapur.




Seperti masyarakat Madura pada umumnya, masyarakat di desa Buduran Arosbaya juga bersifat agamis. Apalagi dengan adanya wisata Pesarean Air Mata Ibu di desa Buduran Arosbaya menjadikan masyarakat di sana lebih agamis lagi. Mereka menghormati dan masih sangat mempercayai kekeramatan kompleks Pesarean Air Mata Ibu ini. Sampai saat ini mereka percaya bahwa air yang keluar dari sendang di sana mampu menyembuhkan penyakit. Dengan adanya wisata religi Pesarean Air Mata Ibu ini juga membantu perekonomian masyarakat banyak yang mebuka kios-kios kecil di depan area gerbang masuk menuju Pesarean Air Mata Ibu ini. Mereka menjual berbagai macam makanan ringan serta bebrapa cindra mata khas Madura.




Ahmadi Abu  1982 . Sosiologi pendidikan; Membahas Gejala pendidikan Dalam Konteks Struktural Sosial Masyarakat, Jakarta :Binar ilmu
Soekanto Soerjono  2002:243. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta : Raja persada
Isyani Abdu 1992 . Sosiologi: Skematika, Teori , dan Terapan. Bandar Lampung: Bumi Aksara
 Supartono, 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. Ghalia Indonesia
Elly, 2008 . Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Prenada Media Group, Jakarta.
Purwo,dkk.2000. Pelajaran Ekonomi. Jakarta: Yudistira.
zkarnain. 2008.  ( http://zkarnain.tripod.com/AERMATA.HTML )Diakses Pada hari Jumat 24 novenber 2017 12.05 WIB)
( http://www.lontarmadura.co.cc/2011/02/pasarean-aermata-bangkalan.html ) Diakses Pada hari minggu 26 novenber 2017 12.05 WIB)
Soekmono. 1973.Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3.Jakarta: Kanisius






DOKUMENTASI




Tidak ada komentar:

Posting Komentar