Selasa, 05 Desember 2017

laporan penelitian dugem



LAPORAN  PENELITIAN

Gaya Hidup Dugem di Kalangan Remaja Desa Paseseh


Di susun oleh :
Moh. Zaini                                160521100005
Akhmad Insan Kamil               150521100042
Mustofa                                   160521100012
Ella Widiah                               160521100032
Sri Hidayati                              160521100027
Risqi Nur Alifah Romdhani    160521100018


Prodi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2017-2018



DAFTAR ISI









BAB I

PENDAHULUAN

Di era modernisasi ini proses westernisasi berjalan dengan sangat cepat. Di indonesia sendiri Sudah banyak budaya barat  yang di serap ke dalam kehidupan penduduk sehari hari. mulai dari gaya busana, perilaku, bahasa, sampai gaya hidup sehari harinya.
Gaya hidup sebagai salah satu ciri modernisai yang populer pada zaman sekarang ini memang telah menjadi bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern. Menurut David Chaney “Gaya hidup adalah pola-pola tindakan dalam membedakan antara satu dengan yang lain. Gaya hidup adalah bentuk identitas kolektif yang berkembang seiring waktu. Gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami”. (David Chaney,2004). Gaya hidup merupakan frame of reference yang di pakai seseorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk poal perilaku tertentu.
Remaja adalah masa peralihan antara masa kanak kanak ke masa dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, fisik dan lainnya (hurlock, elizabeth B.1999 :206). Pada masa ini seorang anak mulai mencari jati diri. Keadaan lingkungan sekitar tempat dimana anak itu tumbuh juga akan mempengaruhi sebagian besar kepribadian dari remaja.
Gaya hidup sering di salah artikan oleh remaja masa kini, sehingga tanpa sadar mereka malah melakukan hal hal negatif yang seharusnya mereka hindari. Tanpa adanya filter (saringan) yang mengacu pada norma dari budaya timur, maka gaya hidup bisa berdampak negatif pada perilaku remaja yang ada di masyarakat. Memang tidak dapat dipungkiri, tidak semua budaya Barat dapat berdampak negatif, tetapi jika tidak mampu memilah-milah antar yang baik dan buruk, maka kebudayaan yang sifatnya negatif yang akan kita jadikan acuan dalam menjalani kehidupan di masa sekarang.
Salah satu contoh gaya hidup para remaja yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari saat ini yang kian berkembang adalah gaya hidup “Dugem”. Dunia Gemerlap (dugem) dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai dua arti. Pertama, gaya (irama) dalam bentuk musik yang digemari oleh remaja-remaja modern. Kedua, club malam tempat muda-mudi mendengarkan musik atau menari irama disko. Gaya hidup Dunia Gemerlap (Dugem) merupakan seperangkat praktik dan sikap untuk mengkonsumsi hiburan malam yang membedakan antara individu satu dengan yang lainya, yang digunakan untuk melukiskan individu beserta status individu tersebut.
Dugem atau yang sering dikenal dengan istilah Clubbing merupakan salah satu gaya hidup di zaman sekarang yang merupakan hasil adopsi dari negara negara barat. Seseorang melakukan clubbing ada kemungkinan besar karena terinspirasi akan kehidupan para selebritis, orang-orang terkenal, orang-orang yang bekerja di bidang entertainment dalam memperoleh kesenangan. Selain itu kesamaan latar belakang pada seseorang, dapat menimbulkan rasa saling memiliki antara satu dengan yang lainnya. Beberapa faktor pendukung antara lain, seperti memiliki sebuah kesamaan pada sesuatu. Clubbing, sebuah kata kerja yang berasal dari kata Club, yang berarti pergi ke klub-klub untuk mendengarkan musik (biasanya bukan musik hidup) dan untuk melepaskan kepenatan dan semua beban ritual sehari-hari. Clubbing merupakan salah satu bentuk aktifitas waktu luang yang sedang menjadi suatu fenomena sosial, dan merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang sedang banyak digemari oleh orang-orang muda, tak terkecuali remaja.
Di Bangkalan Madura budaya dugem ini juga mulai berkembang di kalangan remaja remaja di sana. Letak pulau Madura dan Surabaya yang hanya di pisah oleh selat Madura  serta adanya jembatan suramadu yang semakin mempermudah masuknya budaya-budaya baru ke daerah Madura, terutama daerah Bangkalan sebagai daerah terdekat dengan Surabaya. Selain itu, anak-anak Madura yang keluar dari Madura baik karena bekerja atau untuk menuntut ilmu juga turut ikut andil dalam masuknya budaya lain ke daerah-daerah di Madura.
Desa Paseseh merupakan merupakan salah satu desa yang ada di Bangkalan Madura. Di Paseseh, budaya dugem juga sudah menjadi hal yang biasa untuk para remaja di sana. Sebagian dari remaja di sana bekerja merantau kemudian hasilnya sebagian untuk keluarga dan sisanya untuk keperluan pribadi seperti dugem dan lainnya untuk kepuasan pribadi.
Dari uraian di atas, kami akan melakukan penelitian dengan judul Gaya Hidup Dugem di Kalangan Remaja Desa Paseseh”
1.      Bagaimana gaya hidup dugem di kalangan remaja desa Paseseh ?
2.      Bagaimana pola perilaku dugem di kalangan remaja desa Paseseh ?
Untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis hasil penelitian, maka penelitian ini di fokuskan terhadap gaya hidup remaja desa Paseseh yang suka melakukan dugem meliputi tujuan dugem, biaya dugem, alasan dugem, dan lainnya.
Tujuan dari di lakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana  gaya hidup dan perilaku dugem remaja desa Paseseh serta latar belakang mengapa remaja di Paseseh melakukan dugem.
Dari hasil penelitian yang akan di lakukan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian lmiah, studi empiris bagi kajian sosiologi, serta diharapkan dapat menjelaskan realita yang ada dengan teori-teori yang relevan, yang dapat merefleksikan sebuah realita yang berkaitan dengan perilaku menyimpang di kalangan remaja desa Paseseh. Mengetahui latar belakang seorang remaja mengikuti dugem dan untuk mengetahui bagaimana pola perilaku menyimpang remaja Paseseh di tempat dugem tersebut. Serta dapat dijadikan untuk pertimbangan penelitian berikutnya.
a.       Dapat memberi pengetahuan dan pemahaman mengenai pola prilaku yang mendasari remaja dalam melakukan dugem.
b.      Dapat memberikan pengetahuan dan informasi tambahan untuk orang tua untuk lebih memperhatikan anaknya yang berusia remaja serta mewaspadai perubahan pada anaknya, orang tua juga dapat memahami perluanya pendampingan anak terutama ketika anak di usia remaja di mana pada usia tersebut merupakan proses menemukan identitas diri.
       Menurut Max Weber adalah suatu  tindakan  individu sepanjang  tindakan  itu mempunyai makna atau arti subjektif  bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Weber dalam Ritzer 1975).  Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali  dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu (Weber dalam Turner 2000). Menurutnya terjadi suatu pergeseran tekanan ke arah keyakinan, motivasi, dan tujuan pada diri anggota masyarakat, yang semuanya memberi isi dan bentuk kepada kelakuannya. Menurut Weber Kelakuan sosial juga berakar dalam kesadaran individual dan bertolak dari situ. Tingkah laku individu merupakan kesatuan analisis sosiologis.
       Sedangkan dalam penelitian kali ini, tema dan judul yang kami ambil termasuk dalam tindakan rasional nilai yang artinya memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Maksudnya di sini adalah nilai yang nanti akan didapatkan sudah dipertimbangkan terlebih dulu sebelum bertindak. Individu telah memikirkan secara sadar apa tujuan dari sebuah tindakan tersebut. Dari kasus diatas dugem merupakan salah satu bentuk ungkapan diri individu untuk status yang akan diletakkan pada dirinya dari kelompok atau masyarakat. Menjadi individu yang dikenal oleh banyak khalayak menjadi satu kepuasan tersendiri bagi seseorang, bahkan apapun akan dilakukan untuk mendapatkan status tersebut.
Weber membuat klasifikasi mengenai perilaku sosial atau tindakan sosial menjadi 4 yaitu :
  1. Kelakuan yang diarahkan secara rasional kepada tercapainya suatu tujuan. Dengan kata lain dapat dikatakan sebagai kesesuaian antara cara dan tujuan. Contohnya Bekerja Keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup.
  2. Kelakuan yang berorientasi kepada nilai. Berkaitan dengan nilai – nilai dasar dalam masyarakat, nilai disini seperti keindahan, kemerdekaan, persaudaraan, dll. misalnya ketika kita melihat warga suatu negara yang berasal dari berbagai kalangan berbaur bersama tanpa membeda-bedakan.
  3. Kelakuan yang menerima orientasi dari perasaan atau emosi atau Afektif . contohnya seperti orang yang melampiaskan nafsu mereka.
  4. Kelakuan Tradisional bisa dikatakan sebagai Tindakan  yang tidak memperhitungkan pertimbangan Rasional. Contohnya Berbagai macam upacara \ tradisi yang dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan leluhur.

2.      Teori gaya hidup

       Untuk mengkaji permasalahan tentang dugem peneliti juga menggunakan teori dari Anthony Giddens yang berbicara tentang gaya hidup karena secara tidak langsung dugem merupakan gaya hidup remaja terutama bagi kalangan remaja yang bertempat tinggal di kota. Kota menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung seorang remaja melakukan dugem yakni dengan adanya tempat hiburan malam.Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, dimana tempat orang tersebut berada. Gaya hidup didasarkan atas makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya. Setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mencapai hal tersebut. (Bourdieu,1993 : 37).Giddens ingin menunjukkan gaya hidup tidak lagi masuk pada wilayah kelompok tertentu saja, tapi hampir semua sudut kehidupan. Faham ideologis gaya hidup telah menggantikan nilai-nilai kultural yang sudah ada sehingga, yang tadinya hanya dilakukan untuk mencari kesenangan semata berubah menjadi suatu kebiasaan yang sulit dihentikan dan faktor-faktor yangmenggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan(Sugiyono,2010 : 74).
Konsep pendukung adalah gambaran mengenai fenomena yang akan di teliti. Dalam penelitian ini, ada beberapa konsep pendukung yaitu :
 A.Gaya hidup
Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.
Menurut Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.
B.Remaja
masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
C. Dugem
Dugem adalah sebuah akronim atau singkatan dari kata kata dunia gemerlap,dimana ini bisa dikaitkan dengan sebuah model atau tipe dari beberapa orang / kelompok yang mengadakan suatu kegiatan pada malam hari berhiaskan dengan lampu lampu yang gemerlap dengan cahaya yang di setting sedemikian rupa demi menambah semarak suasana dan biasanya ditambah dengan iringan music beraliran happy.

1.      Nama            : Farid Ichsan
Judul             : MAKNA DUGEM BAGI SISWI DI SURABAYA
Abstrak         :
kecenderungan ke arah modern dan meninggalkan budaya aslinya akibat dari globalisasi. Surabaya merupakan kota yang mempunyai perkembangan yang maju dalam berbagai bidang; salah satunya adalah bidangpendidikan. Hal ini menjadi faktor penarik bagi masyarakat luar kota untuk bersekolahdiSurabaya. Dengan banyaknya pendatang, tentunya harus menyesuaikan dengan budaya yang ada di Surabaya yang terkenal modern. Salah satunya adalah budaya menghabiskan malam di tengah kepenatan rutinitas sehari-hari yakni dengan cara clubbing. Penelitian inimengangkat suatu permasalahan yaitu tentang makna dugem bagi pelajar siswi di kota Surabaya, maksud dan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang di balik motif tindakan yang melatar belakangi dan tujuan yang di peroleh setelah clubing. Peneliti menggunakan teori Alferd Schutz mengenai fenomenologi dan teori Anthony Giddens mengenai gaya hidup. Sifat penelitian ini deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Untuk pemilihan informan peneliti memilih subjek dengan cara snowball. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan observasi secara mendalam, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik triangulasi.Hasil penelitian ini adalahmakna dari tindakan melakukan dugem tersebut antara laintekanan orang tuanya,ajakan pasangan lesbi,ajakan kakak kandung,broken home,gaya konsumtif yang tinggi. Sedangkan tujuan yang ingin di dapatkan adalah untuk menghilangkan rasa stres, menjadi ladys club,untuk bersenang-senang dan untuk mencari uang.
2.      Nama : Moh. Yusuf Praditya
Judul  : Gaya Hidup Dugem di Kalangan Remaja Putri

abstrak :
Pergaulan dan lingkungan sosial mempengaruhi dalam perkembangan kepribadian seseorang. Kepribadian yang muncul dalam diri seseorang dimulai
dari lingkungan yang terkecil yaitu keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling kecil dan yang paling dekat dengan kita. Maka intensitas keluarga sebagai wadah yang dapat mengatur perilaku. Baik atau buruknya perilaku seseorang sangat bergantung dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga dimana orang tersebut berada. Konflik yang terjadi di dalam keluarga gaya hidup para remaja putri yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang saat ini kian berkembang adalah gaya hidup “Dugem”. Dunia Gemerlap (dugem) dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai dua arti. Pertama, gaya (irama) dalam bentuk musik yang digemari oleh remaja-remaja yang bersifat kontemporer. Kedua, kelab malam tempat muda-mudi mendengarkan musik atau menari irama disko. Gaya hidup Dunia Gemerlap (Dugem) merupakan seperangkat praktik dan sikap untuk mengkonsumsi hiburan malam yang membedakan antara individu satu dengan yang lainya, yang digunakan untuk melukiskan individu beserta status individu tersebut





3.1. penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu dengan cara memperlajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis, fakta atau karakteristik subjek tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Dengan pendekatan ini peneliti mengharapkan mampu menjelaskan gaya hidup dugem yang terjadi di kalangan remaja desa Paseseh.
a)      Observasi
Observasi sebagai sebuah metode pengumpulan data secara umum dapat dibagi kedalam dua jenis pengamatan: pengamatan murni, yakni pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan tidak melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan sosial yang sedang berlangsung.sedangkan yang kedua pengamatan terlibat yaitu sebuah pengamatan sekaligus melibatkan dua hal pokok yaitu pengamatan dan wawancara. pengamatan terlibat dilakukan untuk melihat bagaimana cara informan atau subjek yang diteliti memilih tindakan tertentu dalam setiap kegiatannya.. Dalam penelitian ini kami melakukan observasi dengan pengamatan murni, kami tidak terlibat langsung dengan kegiatan dugem yang di lakukan oleh para remaja desa Paseseh. Namun kami hanya mewawancarai remaja-remaja yang suka melakukan dugem.
b)      Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan langsung yang dilakukan bersama informan dengan menggunakan format tanya jawab terencana,untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan kelengkapan informasi. Pertanyaaan yang akan di ajukan kepada informan sudah tersusun sesuai dengan judul yang sudah kami ambil.
c)      Dokumentasi
Dokumentasi adalah bukti dari hasil wawancara yang dilakukan oleh si peneliti dalam melakukan penelitian.dokumentasi dapat berupa foto,video atau lainnya untuk membuktikan dan memperkuat penelitian.
Dalam pemilihan informan kami menggunakan teknik snowball sampling. Kami memilih atau menunjuk satu informan kunci yang kemudian akan menunjukkan siapa saja remaja yang bisa kami jadikan informan dalam penelitian kami. Teknik snowball sampling adalah suatu metode untuk mengindentifikasi, memilih dan mengambil sample dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus. Teknik sampling snowball (bola salju) adalah metode sampling di mana sampel diperoleh melalui proses bergulir dari satu informan ke informan yang lainnya, biasanya metode ini digunakan untuk menjelaskan pola-pola social atau komunikasi (sosiometrik) suatu komunitas tertentu. Kami menentukan satu informan kunci yang kemudian bisa menunjukkan kepada kami siapa saja orang yang bisa kami jadikan sebagai informan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) dengan langkahlangkah: reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk proses pemilihan, pengeditan, pemusatan pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan di lapangan. Selanjutnya data yang merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dalam
penelitian ini disajikan dalam bentuk matriks. Format matriks merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari data kasar yang diperoleh dari catatan di
lapangan. Penyusunan matriks beserta penentuan data kasar yang masuk dilakukan berdasarkan kasus atau topik bahasan. Selanjutnya dari data yang terdapat disusun dalam matriks tersebut, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan yang dideskripsikan secara normatif.Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa hingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Alur kedua adalah penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun melalui pemetaan matriks yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan yang merupakan kegiatan analisis yang ketiga. Kesimpulan kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung.
a.       Tempat
Tempat akan di lakukannya penelitian ini adalah di desa Paseseh kecamatan Tanjung Bumi kabupaten Bangkalan.
b.      Waktu
Waktu di laksanakannya penelitian ini adalah tanggal 17-18 november 2017 sesuai dengan agenda yang sudah di susun sebelumnya.
c.       Biaya penelitian
Penelitian ini di lakukan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah masalah-masalah sosial. Jadi seluruh biaya penelitian ini akan di tanggung oleh peneliti sendiri.





 

BAB IV

PEMBAHASAN


Dari hasil penelitian yang kami lakukan tanggal 18 november 2017 di desa Paseseh, dugem di kalangan remaja sana menjadi salah satu bentuk kesenangan tersendiri bagi mereka. Umumnya mereka mengenal dugem dari cerita teman-teman sebaya, teman nongkrong, atau kakak-kakak mereka saat sedang berkumpul entah itu di kelas, di warung, ataupun tempat tongkrongan yang biasa digunakan remaja disana untuk berkumpul. Dari keterangan saat wawancara kemarin, rata-rata remaja disana pertama kali mengenal dugem pada usia 15 tahun yaitu sekitaran sekolah menengah pertama. Dari cerita yang sering mereka dengar, mereka mulai penasaran dan menerka nerka bagaimana serunya, asyiknya saat teman-temannya dugem. Sehingga mereka mencoba ikut dugem karena merasa penasaran serta iming-iming kesenangan yang didengungkan oleh teman-temannya tersebut.
Kesan pertama yang sangat menyenangkan saat pertama kali menjajali dugem membuat mereka mulai ketagihan untuk mencobanya kembali. Kebanyakan dari mereka awal mencoba dugem dengan dibayari oleh  teman yang mengajak mereka  atau di ajak ikut serta dalam party saat ada teman yang mengadakan pesta di club. bagi mereka yang masih duduk dibangku SMP uang yang mereka gunakan  didapat dari meminta kepada orang tua dengan alasan-alasan yang beragam, agar orangtuanya pun tidak curiga.  Rasa senang dan hingar bingar yang mereja nikmati  itu memotivasi mereka mencari dan mendapatkan uang untuk kembali menikmati dugem lagi lagi dan lagi. Biaya dugem sebenarnya tidaklah murah, setiap kali akan dugem mereka harus menyediakan kurang lebih 500 ribu per orang. Tetapi kalau datang bersama lebih dari dua orang bisa saja menghabiskan uang 2juta sampai 4juta. Tidak sedikit memang, tetapi rasa kecanduan mereka akan kesenangan membuat mereka tidak berfikir dua kali saat melakukan dugem.
Alasan mereka beragam ketika ditanya kenapa melakukan dugem, kebanyakan dari mereka memang melakukan dugem untuk merefreshing otak dari segala kepenatan tugas kuliah maupun saat merasa bosan dengan perkerjaan sehingga butuh hiburan, ada juga karena mereka merasa club adalah suatu tempat yang nyaman, banyak teman, baik seumuran atau lebih yang bisa mereka jumpai dengan kegemaran yang sama, serta ada yang beralasan memang ingin melihat wanita-wanita cantik yang ada di club tersebut. Sudah menjadi hal yang  biasa jika di club banyak sekali wanita dengan pakaian minimnya yang menjadi hiburan sekaligus pemandangan yang bagus menurut mereka yang membuat mata lebih berbinar.
Para remaja berangkat dugem dari rumah sore hari dengan berbagai alasan yang di berikan kepada orang tuanya agar orang tuanya tidak curiga. Salah satunya adalah bermain atau berkunjung ke tempat teman yang ada di Surabaya. Sesampainya di Surabaya, mereka memang singgah ke kosan milik temennya sebelum berangkat ke club. Sekitar jam 12 malam, mereka sudah mulai memasuki club dengan berbekalkan rokok, uang, serta teman-teman yang juga ingin main di club.
DI dalam club mereka mulai bersenang senang dengan menikmati alunan musik DJ, minum-minuman, joget bersama wanita-wanita di sana, dan lain-lain. Biasanya mereka pulang sekitar pukul 4 dini hari. Saat di tanya mereka ke sana bersama siapa, mereka hanya menjawab bahwa mereka pergi ke club bersama teman-teman nongkrong atau temen kelasnya dan ada pula yang memang sengaja mengajak pacarnya untuk main ke club.
Remaja-remaja yang mulai kecanduan terhadap hingar bingar club bisa bisa keluar masuk club beberapa kali dalam satu bulan tergantung dari uang atau ajakan teman yang mengadakan pesta di sana. Saat mereka memiliki uang, mereka bisa dua sampai tiga kali pergi ke club dalam seminggu. Salah satu informan kami mengatakan bahwa ia pernah menggadaikan sepeda motornya hanya agar bisa main ke club malam tersebut. Hal yang menarik saat dugem menurut mereka adalah saat para LC LC cantik datang dan menghibur mereka. Juga saat request nama mereka di sebut oleh DJ  serta bisa masuk kaset-kaset party yang di selenggarakan diclub tersebut sehingga nama-nama mereka juga populer di kalangan cluber (orang-orang yang suka dugem).
Keinginan untuk berhenti dugem ada dalam benak remaja tersebut akan tetapi saat ada teman yang mengajak dugem dengan segala rayuannya membuat mereka ikut lagi dugem dengan yang lainnya. Lingkungan pergaulan di sekitar mereka yang sudah biasa dengan budaya dugem ini membuat mereka sulit untuk berhenti melakukan dugem tersebut.


BAB V

KESIMPULAN

a.       Remaja mulai mengenal dugem sejak mereka ada di sekolah menengah pertama.
b.      Dugem dalam kalangan desa paseseh sudah menjadi kebiasaan bagi remaja-remaja di sana
c.       Remaja desa paseseh menjadikan dugem sebagai hiburan saat sedang jenuh dengan pekerjaan atau tugas kuliah yang menumpuk.
a.       Remaja desa paseseh seharusnya memanfaatkan waktunya dengan baik. Mereka bisa aktif dalam karang taruna serta membantu menegembangkan potensi desa yang ada.
b.      Mengalihkan kejenuhan dengan hal-hal yang lebih positif, seperti rekreasi, jalan-jalan atau melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk dirinya maupun masyarakat sekitar.
c.       Pengawasan orang tua terhadap teman pergaulan remaja serta aktifitas yang di lakukan remaja harus lebih di tingkatkan lagi.






DAFTAR PUSTAKA


Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Ritzer, George Dan Goodman, Douglas J. 2009. Teori Sosiologi. Yogyakarta. Kreasi Wacana.
Yasraf Amir Piliang, “Imagologi dan Gaya Hidup,” Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas, eds. Hujatnikajennong dkk, Alfathiri Adlin (Bandung: Jalasutra, 2006).
Gea, Friescella. 2013. Gaya Hidup Dunia Gemerlap “DUGEM”di Kalangan Mahasiswa Bandung.





DOKUMENTASI





Moh. Zaini
160521100005
Sri Hidayati
160521100027
Akhmad Insan Kamil
150521100042
Risqi Nur Alifah Romdhana
160521100018
Mustofa
160521100012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar